BAB
I
PENDAHULUAN
Sistem manajemen pendidikan yang sentralistis tidak membawa
kemajuan yang berarti bagi peningkatan kualitas pendidikan pada umumnya. Dalam
kasus-kasus tertentu, manajemen sentralistis telah menyebabkan terjadinya
pemandulan kreativitas pada satuan pendidikan dan berbagai jenis dan jenjang
pendidikan. Untuk mengatasi terjadinya stagnasi dibidang pendidikan ini
diperlukan adanya paradigma baru dibidang pendidikan.
Seiring bergulirnya era otonomi daerah, terbukalah peluang untuk
melakukan reorientasi paradigma pendidikan menuju kearah desentralisasi
pengelolaan pendidikan. Peluang tersebut semakin tampak nyata setelah
dikelurkanya kebijakan mengenai otonomi pendidikan melalui strategi
pemberlakuan manajemen berbasis sekolah (MBS). MBS bukan sekedar mengubah
pendekatan pengelolaan sekolah dari yang sentralistis ke desentralistis, tetapi
lebih dari itu melalui MBS maka akan muncul kemandirian sekolah.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Manajemen Berbasis Sekolah.
Menejemen
berbasis sekolah terdiri dari tiga kata yaitu: menejemen ,berbasis,dan sekolah,Adapun
menejemen dan sekolah sudah di jelaskan pada pemakalah sebelumnya adapun
berbasis di ambil dari kata dasar basis artinya dasar atau asas.
Manajemen
Berbasis sekolah merupakan suatu manajemen sekolah yang disebut juga dengan
otonomi sekolah (school autonomy) atau site-based management (Beck &
Murphy, 1996). Sejalan dengan berlakunya otonomi daerah dalam dunia pendidikan,
MBS atau school-based management (SBM) menuntut terjadinya perubahan dalam
manajemen sekolah. Karena itu, pengelolaan suatu sekolah diserahkan kepada
sekolah tersebut, atau sekolah diberikan kewenangan besar untuk mengelola
sekolahnya sendiri dengan menggunakan Manajemen Berbasis Sekolah ini.
Manajemen
Berbasis Sekolah (MBS) merupakan proses pengintegrasian, pengkoordinasian dan
pemanfaatan dengan melibatkan secara menyeluruh elemen-elemen yang ada pada
sekolah untuk mencapai tujuan (mutu pendidikan) yang diharapkan secara efisien.
Atau dapat diartikan bahwa Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) adalah model
manajemen yang memberikan otonomi (kewenangan) yang lebih besar kepada sekolah
dan mendorong pengambilan keputusan yang partisipatif yaitu melibatkan semua
warga sekolah berdasarkan kesepakatan bersama.Dengan adanya otonomi
(kewenangan) yang lebih besar diharapkan sekolah memiliki kewenangan secara
mandiri dalam mengelola sekolah dan memilih strategi dalam meningkatkan mutu
pendidikan serta dapat memilih pengembangan program yang lebih sesuai dengan
potensi kebutuhan daerah dimana lulusannya akan diproyeksikan.
Manajemen
Berbasis Sekolah (MBS) yaitu model pengelolaan yang memberikan otonomi atau
kemandirian kepada sekolah atau madrasah dan mendorong pengambilan keputusan
partisipatif yang melibatkan secara langsung semua warga sekolah atau madrasah
sesuai dengan standar pelayanan mutu yang ditetapkan oleh pemerintah pusat,
Provinsi, Kabupaten dan Kota.[1]
MBS, yang
ditandai dengan otonomi sekolah dan pelibatan masyarakat merupakan respon
pemerintah terhadap gejala-gejala yang muncul di masyarakat, bertujuan untuk
meningkatkan efisiensi, mutu, dan pemerataan pendidikan. peningkatan
efisiensi, antara lain, diperoleh melalui keleluasaan mengelola sumber daya
partisipasi masyarakat dan penyederhanaan birokrasi. Sementara peningkatan mutu
dapat diperoleh, antara lain, melalui partisipasi orang tua terhadap sekolah,
fleksibilitas pengelolaan sekolah dan kelas, peningkatan profesionalisme guru
dan kepala sekolah. peningkatn pemerataan antara lain diperoleh melalui
peningkatan partisipasi masyarakat yang memungkinkan pemerintah lebih
berkonsentrasi pada kelompok tertentu.
B.
Latar belakang dan Alasan timbulnya MBS
1.
Latar belakang
ü Terjadi penimpangan kekuasaan dan kewenangan yang terlalu terpusat
pada atasan dan mengesampingkan bawahan.
ü Kinerja pendidikan yang tidak kunjung membaik bahkan cenderung
meneurun di banyak Negara.
ü Adanya kesadaran para birokrat dan desakan dari para pecinta
pendidikan untuk merestrukturisasi pengelolaan pendidikan .[2]
2.
Alasan Tmbulnya MBS
ü Sekolah lebih mengetahui kekuatan ,kelemahan ,peluangdan ancaman
bagi dirinya sehingga sekolah dapat mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya yang
tersedia untuk meningkatkan sekolahnya
ü Sekolah lebih mengetahui kebutuhannya.
ü Keterlibatan warga sekolah dan masyarakat dalam pengambilan
keputusan dapat menciptakan transparasidan demokrasi yang sehat.
C. Tujuan Manajemen Berbasis Sekolah yakni:
1.
Tujuan Umum
Memandirikan atau memberdayakan sekolah melalui pemberian otonomi
kepada sekolah dan mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan
secara partisipatif.
2.
Tujuan Khusus
a.
Meningkatkan
mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah atau madrasah dalam
mengelola dan membedayakan sumber daya yang tersedia;
b.
Meningkatkan
kepedulian warga sekolah atau madrasah dan masyarakat dalam penyelenggaraan
pendidikan melalui pengambilan keputusan bersama;
c.
Meningkatkan
tanggung jawab sekolah atau madrasah kepada orang tua, pemerintah
tentang mutu sekolah atau madrasah;
d.
Meningkatkan
kompetensi yang sehat antar madrasah dan sekolah lain untuk pencapaian mutu
pendidikan yang diharapkan.[3]
B. Prinsip-Prinsip Manajemen Berbasis Sekolah
Empat prinsip Dalam mengimplementasikan MBS yaitu:
1.
kekuasaan;
2.
pengetahuan;
3.
sistem
informasi; dan
4.
sistem
penghargaan.
Ø Kekuasaan Kepala sekolah memiliki kekuasaan yang lebih besar untuk
mengambil keputusan berkaitan dengan kebijakan pengelolaan sekolah dibandingkan
dengan sistem pendidikan sebelumnya. Kekuasaan ini dimaksudkan untuk
memungkinkan sekolah berjalan dengan efektif dan efisien. Kekuasaan yang
dimiliki kepala sekolah akan efektif apabila mendapat dukungan partisipasi dari
berbagai pihak, terutama guru dan orangtua siswa. Seberapa besar kekuasaan
sekolah tergantung seberapa jauh MBS dapat diimplementasikan. Pemberian
kekuasaan secara utuh sebagaimana dalam teori MBS tidak mungkin dilaksanakan
dalam seketika, melainkan ada proses transisi dari manajemen yang dikontrol
pusat ke MBS.
Kekuasaan yang lebih besar yang dimiliki oleh kepala sekolah dalam
pengambilan keputusan perlu dilaksanakan dengan demokratis antara lain dengan:
1.
Melibatkan
semua fihak, khususnya guru dan orangtua siswa.
2.
Membentuk
tim-tim kecil di level sekolah yang diberi kewenangan untuk mengambil keputusan
yang relevan dengan tugasnya
3.
Menjalin
kerjasama dengan organisasi di luar sekolah.
Ø Pengetahuan Kepala sekolah dan seluruh warga sekolah harus menjadi
seseorang yang berusaha secara terus menerus menambah pengetahuan dan
keterampilan dalam rangka meningkatkan mutu sekolah. Untuk itu, sekolah harus
memiliki sistem pengembangan sumber daya manusia (SDM) lewat berbagai pelatihan
atau workshop guna membekali guru dengan berbagai kemampuan yang berkaitan
dengan proses belajar mengajar.
Pengetahuan
yang penting harus dimiliki oleh seluruh staf adalah:
1.
Pengetahuan
untuk meningkatkan kinerja sekolah,
2.
Memahami
dan dapat melaksanakan berbagai aspek yang berkaitan dengan pelaksanaan
kegiatan quality assurance, quality control, self assessment, school review,
bencmarking, SWOT,dll)
Ø Sistem Informasi Sekolah yang melakukan MBS perlu memiliki
informasi yang jelas berkaitan dengan program sekolah. Informasi ini diperlukan
agar semua warga sekolah serta masyarakat sekitar bisa dengan mudah memperoleh
gambaran kondisi sekolah. Dengan informasi tersebut warga sekolah dapat
mengambil peran dan partisipasi. Disamping itu ketersediaan informasi sekolah
akan memudahkan pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan akuntabilitas sekolah.
Infornasi yang amat penting untuk dimiliki sekolah antara lain yang berkaitan
dengan: kemampuan guru dan Prestasi siswa.
Ø Sistem Penghargaan Sekolah yang melaksanakan MBS perlu menyusun
sistem penghargaan untuk memberikan penghargaan kepada warga sekolah yang
berprestasi. Sistem penghargaan ini diperlukan untuk mendorong karier warga
sekolah, yaitu guru, karyawan dan siswa.
C.
Proses Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah
Langkah-langkahnya
:
Ø Memberdayakan komite sekolah/majelis madrasah dalam peningkatan
mutu pembelajaran di sekolah
Ø Unsur pemerintah Kab/Kota dalam hal ini instansi yang terkait
antara lain Dinas Pendidikan, Badan Perencanaan Kab/Kota, Departemen Agama
(yang menangani pendidikan MI, MTs dan MA), Dewan Pendidikan Kab/Kota terutama
membantu dalam mengkoordinasikan dan membuat jaringan kerja (akses) ke dalam
siklus kegiatan pemerintahan dan pembangunan pada umumnya dalam bidang
pendidikan.
Ø Memberdayakan tenaga kependidikan, baik tenaga pengajar (guru),
kepala sekolah, petugas bimbingan dan penyuluhan (BP) maupun staf kantor,
pejabat-pejabat di tingkat kecamatan, unsur komite sekolah tentang Manajemen
Berbasis Sekolah, pembelajaran yang bermutu dan peran serta masyarakat.
Ø Mengadakan pelatihan dan pendampingan sistematis bagi para kepala
sekolah, guru, unsur komite sekolah pada pelaksanaan peningkatan mutu
pembelajaran
Ø Melakukan supervisi dan monitoring yang sistematis dan konsisten
terhadap pelaksanaan kegiatan pembelajaran di sekolah agar diketahui berbagai
kendala dan masalah yang dihadapi, serta segera dapat diberikan solusi/pemecahan
masalah yang diperlukan.
Ø Mengelola kegiatan yang
bersifat bantuan langsung bagi setiap sekolah untuk peningkatan mutu
pembelajaran, Rehabilitasi/Pembangunan sarana dan prasarana Pendidikan, dengan
membentuk Tim yang sifatnya khusus untuk menangani dan sekaligus melakukan
dukungan dan pengawasan terhadap Tim bentukan sebagai pelaksana kegiatan
tersebut.
D.
Konsep Dasar Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
Konsep dasar Manajemen Berbasis Sekolah adalah manajemen yang
bernuansa otonomi, kemandirian dan demokratis.
1.
Otonomi,
mempunyai makna bahwa kewenangan sekolah untuk mengatur dan mengurus
kepentingan warga sekolah dalam mencapai tujuan sekolah (mutu pendidikan)
menurut prakarsa berdasarkan aspirasi dan partisipasi warga sekolah dalam
bingkai peraturan perundangan-undangan yang berlaku.
2.
Kemandirian,
mempunyai makna bahwa dalam pengambilan keputusan tidak tergantung pada
birokrasi yang sentralistik dalam mengelola sumber daya yang ada, mengambil
kebijakan, memilih strategi dan metoda dalam memecahkan persoalan yang ada,
mampu menyesuaikan dengan kondisi lingkungan serta peka dan dapat memanfaatkan
peluang yang ada.
3.
Demokratif,
mempunyai makna seluruh elemen-elemen sekolah dilibatkan dalam menetapkan,
menyusun, melaksanakan dan mengevaluasi pelaksanaan untuk mencapai tujuan
sekolah (mutu pendidikan) sehingga memungkinkan tercapainya pengambilan
kebijakan yang mendapat dukungan dari seluruh elemen-elemen warga sekolah.
E.
Karakteristik Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
Karakterisitk
Manajemen Barbasis Sekolah tentunya tidak terlepas dari pendekatan Input,
Proses, Output Pendidikan.
1.
Input
Pendidikan
a.
Memiliki
kebijakan, tujuan dan sasaran mutu yang jelas.
b.
Tersedianya
sumber daya yang kompetitif dan berdedikasi.
c.
Memiliki
harapan prestasi yang tinggi.
d.
Komitmen
pada pelanggan.
2.
Proses
Pendidikan
a.
Efekttivitas
dalam proses belajar mengajar tinggi.
b.
Kepemimpinan
yang kuat.
c.
Lingkungan
sekolah yang nyaman.
d.
Pengelolaan
tenaga kependidikan yang efektif
e.
Tim
kerja yang kompak dan dinamis.
f.
Kemandirian,
partisipatif dan keterbukaan (transparasi).
g.
Evaluasi
dan perbaikan secara berkelanjutan.
h.
Responsif,
antisipatif, komunikatif dan akuntabilitas.
3.
Output
yang diharapkan
Pada dasarnya output yang diharapkan merupakan tujuan utama dari
penyelenggaraan pendidikan secara umum
F.
Langkah-langkah Perumusan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS).
Untuk
merumuskan implementasi manajemen berbasis sekolah harus ada tahapan-tahapan
sebagai berikut:
1.
Perencanaan
Pada langkah awal perumusan MBS, hal-hal yang perlu dilaksanakan
adalah :
a.
Mengidentifikasi
sistem, budaya dan sumber daya, mana yang perlu dipertahankan dan mana yang
harus dirubah dengan memperkenalkan terlebih dahulu format yang baru dan
tentunya lebih baik.
b.
Membuat
komitmen secara rinci yang diketahui oleh semua unsur yang bertanggung jawab.
c.
Hadapilah
penolakan terhadap perubahan dengan memberi pengertian
Berkerja dengan semua unsur sekolah dalam menjelaskan atau memaparkan visi, misi, tujuan, sasaran, rencana dan program-program penyelenggaraan MBS.
Berkerja dengan semua unsur sekolah dalam menjelaskan atau memaparkan visi, misi, tujuan, sasaran, rencana dan program-program penyelenggaraan MBS.
d.
Menggaris
bawahi prioritas sistem, budaya dan sumber daya yang belum ada dan sangat
diperlukan.
2.
Mengidentifikasi
Tantangan Nyata Sekolah
Pada umumnya tantangan sekolah bersumber pada output (lulusan)
sekolah yang meliputi kualitas, produktifitas, efektibilitas dan efisiensi.
Maka sangat diperlukan identifikasi dari hasil analisis output untuk mengetahui
tingkat kualitas, produktifitas, efektibilitas dan efisiensi dari output yang
dihasilkan melalui penyelenggaraan pendidikan.
3.
Merumuskan
visi, misi, tujuan sasaran sekolah yang dapat menjamin kelangsungan hidup dan
perkembangan sekolah.
·
Visi
adalah gambaran masa depan yang diinginkan oleh sekolah, agar sekolah yang
bersangkutan dapat menjamin kelangsungan hidup dan perkembangannya.
·
Misi
adalah tindakan untuk mewujudkan atau merealisasikan visi tersebut.
·
Tujuan
adalah apa yang ingin dicapai atau dihasilkan oleh sekolah yang bersangkutan
dan kapan tujuan itu mungkin dicapai.
·
Sasaran
adalah penjabaran tujuan yang akan dicapai oleh sekolah dalam jangka waktu
lebih pendek dibandingkan dengan tujuan sekolah. Rumusannya harus berupa
peningkatan yang spesifik, terukur, jelas kriterianya dan disertai indicator
yang rinci.
4.
Mengidentifikasi
fungsi-fungsi yang diperlukan untuk mencapai sasaran.
Fungsi-fungsi yang dimaksud adalah unsur-unsur kegiatan beserta unsurunsur pendukungnya yang saling berkaitan dan tidak dapat berdiri sendiri. Sejauh mana kesiapan fungsi-fungsi tersebut terhadap kegiatan yang akan dilaksanakan dalam mencapai sasaran.
Fungsi-fungsi yang dimaksud adalah unsur-unsur kegiatan beserta unsurunsur pendukungnya yang saling berkaitan dan tidak dapat berdiri sendiri. Sejauh mana kesiapan fungsi-fungsi tersebut terhadap kegiatan yang akan dilaksanakan dalam mencapai sasaran.
5.
Melakukan
analisis potensi lingkungan (analisis SWOT)
Analisis SWOT dilakukan dengan maksud untuk mengenali kesiapan
setiap fungsi dari keseluruhan fungsi sekolah yang diperlukan utnuk mencapai sasaran
yang telah ditetapkan.
Prinsip analisis SWOT adalah :
ü Kekuatan-kekuatan apa yang kita miliki ?
ü Bagaimana memanfaatkannya ?
ü Kelemahan-kelemahan apa yang kita miliki ?
ü Bagaimana meminimalkannya ?
ü Peluang-peluang apa yang ada ?
ü Bagaimana memanfaatkannya ?
ü Ancaman apa yang mungkin menghambat keberhasilan ?
ü Bagaimana mengatasinya ?
6.
Memilih
langkah-langkah alternatif pemecahan persoalan.
Dalam setiap kegiatan dimungkinkan adanya permasalahan yang timbul.
Hendaklah kita tidak menghindari masalah akan tetapi harus kita hadapi dengan
solusi pemecahan yang sudah kita rencanakan sebelumnya.
7.
Menyusun Rencana Program Peningkatan Mutu.
Penyusunan program peningkatan mutu harus disertai langkah-langkah
pemecahanan persoalan yang mungkin terjadi. Fungsi yang terlibat beserta
unsur-unsurnya membuat rencana program untuk jangka pendek, menengah dan jangka
panjang serta bersama-sama merealisasikan rencana program tersebut. (rencana
program biasanya tertuang dalam renstra sekolah).
8.
Melaksanakan
Rencana Program Peningkatan Mutu
Dalam melaksanakan rencana peningkatan mutu maka fungsi-dungsi
terkait hendaknya memanfaatkan sumber daya secara maksimal, efektif dan
efisien.
9.
Melakukan
Evaluasi Pelaksanaan
Untuk mengetahui tingkat keberhasilan program, sekolah perlu
mengadakan evaluasi pelaksanaan program, baik program jangka pendek maupun
program jangka panjang.
10.
Merumuskan
Sasaran Peningkatan Mutu Baru.
Dari hasil evaluasi kita dapat memperoleh tingkat keberhasilan dan
kegagalannya sehingga dapat memperbaiki kinerja program yang akan datang.
Disamping itu evaluasi juga sangat berguna sebagai bahan masukan bagi sekolah
untuk merumuskan sasaran (tujuan) peningkatan mutu untuk tahun yang akan
datang.
G.
Faktor Pendukung Keberhasilan Manajemen Berbasis Sekolah
1.
Kepemimpinan
dan manajemen sekolah yang baik
MBS akan berhasil jika ditopang oleh kemampuan professional kepala
sekolah atau madrasah dalam memimpin dan mengelola sekolah atau madrasah secara
efektif dan efisien, serta mampu menciptakan iklim organisasi yang kondusif
untuk proses belajar mengajar.
2.
Kondisi
social, ekonomi dan apresiasi masyarakat terhadap pendidikan
Faktor eksternala yang akan turut menentukan keberhasilan MBS
adalah kondisi tingkat pendidikan orangtua siswa dan masyarakat, kemampuan
dalam membiayai pendidikan, serta tingkat apresiasi dalam mendorong anak untuk
terus belajar.
3.
Dukungan
pemerintah
Faktor ini sangat membantu efektifitas implementasi MBS terutama
bagi sekolah atau madrasah yang kemampuan orangtua/ masyarakatnya relative
belum siap memberikan kontribusi terhadap penyelenggaraan pendidikan. alokasi
dana pemerintah dan pemberian kewenangan dalam pengelolaan sekolah atau
madrasah menjadi penentu keberhasilan.
4.
Profesionalisme
Faktor ini sangat strategis dalam upaya menentukan mutu dan kinerja
sekolah atau madrasah. Tanpa profesionalisme kepala sekolah atau madrasah,
guru, dan pengawas, akan sulit dicapai program MBS yang bermutu tinggi serta
prestasi siswa.[4]
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Manajemen berbasis sekolah pada intinya adalah memberikan
kewenangan terhadap sekolah untuk melakukan pengelolaan dan perbaikan
kualitassecara terus menerus. Dapat juga dikatakan bahwa manajemen berbasis
sekolah pada hakikatnya adalah penyerasian sumber daya yang dilakukan secara
mandiri oleh sekolah dengan melibatkan semua kelompok kepentingan (stakeholder)
yang terkait dengan sekolah secara langsung dalam proses pengambilan keputusan
untuk memenuhi kebutuhan peningkatan mutu sekolah atau untuk mencapai tujuan
pendidikan nasional.
Tujuan MBS adalah untuk mewujudkan kemerdekaan pemerintah daerah
dalam mengelola pendidikan. Dengan demikian peran pemerintah pusat akan
berkurang. Sekolah diberi hak otonom untuk menentukan nasibnya sendiri. Paling
tidak ada tiga tujuan dilaksanakannya MBS Peningkatan Efesiensi, Peningkatan
Mutu, Peningkatan Pemerataan Pendidikan.
Dengan adanya MBS diharapkan akan memberi peluang dan kesempatan
kepada kepala sekolah, guru dan siswa untuk melakukan inovasi pendidikan.
Dengan adanya MBS maka ada beberapa keuntugan dalam pendidikan yaitu, kebijakan
dan kewenangan sekolah mengarah langsung kepada siswa, orang tua dan guru,
sumber daya yang ada dapat dimanfaatkan secara optimal, pembinaan peserta didik
dapat dilakukan secara efektif, dapat mengajak semua pihak untuk memajukan dan
meningkatkan pelaksanaan pendidikan.
Daftar Pustaka
Departemen Agama Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam
Direktorat Madrasah Dengan Pendidikan Agama Di Sekolah Umum, Manajemen
Berbasis Sekolah Strategi Peningkatan Mutu Pendidikan Pada Madrasah, 2002.
Drs.Norkolis,M.M. manajemen berbasis sekolah teori,model,dan
aplikasi Grasindo
[1] Departemen
Agama Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam Direktorat Madrasah Dengan
Pendidikan Agama Di Sekolah Umum, Manajemen Berbasis Sekolah Strategi
Peningkatan Mutu Pendidikan Pada Madrasah, 2002, Hal: 2
[2] Drs.Norkolis,M.M.
manajemen berbasis sekolah teori,model,dan aplikasi Grasindo h.20
[3] Departemen
Agama Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam Direktorat Madrasah Dengan
Pendidikan Agama Di Sekolah Umum, Manajemen Berbasis Sekolah Strategi
Peningkatan Mutu Pendidikan Pada Madrasah, 2002, Hal: 6
[4] Departemen
Agama Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam Direktorat Madrasah Dengan
Pendidikan Agama Di Sekolah Umum, Manajemen Berbasis Sekolah Strategi
Peningkatan Mutu Pendidikan Pada Madrasah, 2002, Hal: 7