Oleh: Wawan Firmana
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam sejarah peradaban Islam setelah masa
pemerintahan khulafour-rasidin Islam terbagi menjadi dinasti-dinasti yang terus
berkembang pesat dan membawa pengaruh kepada peradaban dunia. Salah
satunya yang dikenal dengan nama Dinasti Mamluk. Dinasti Mamluk sendiri
merupakan dinasti pada masa keemasan Islam yang mampu mempengaruhi peradaban
dunia.Berangkat dari hal tersebut kami mencoba menguraikan hal-hal yang
berkaitan dengan Dinasti Mamluk sehingga menjadi pengetahuan bagi kita semua
guna mengambil pelajaran sejarah pada masa itu.
Di dalam sejarah peradaban Islam, tentang
Dinasti Mamluk ini sangatlah penting kerana sejarahnya bermula di abad
pertengahan. Kepentingan pembahasan mengenai abad pertengahan ini (abad ke 7
hingga ke 11H / abad ke 13 hingga ke 17 M ) adalah kerana era ini merupakan
masa perbentukan salah satu sistem politik dalam Islam. Terjadi juga di era ini
penerapan pemikiran –pemikiran di bidang sosial dan politik yang lahir sejak
zaman dinasti-dinasti besar iaitu Bani Umayyah dan Bani Abbas, dan
kesultanan-kesultanan lainnya di dunia Islam
bahagian barat dan timur.
B. Tujuan
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata
kuliah Sejarah Peradaban Islam. Selain itu makalah ini juga bertujuan sebagai
sarana untuk menambah pengetahuan mahasiswa khususnya dalam memahami Sejarah
Peradaban Islam.
BAB II PEMBAHASAN
A. Asal Usul Dinasti
Mamluk
Kata “mamluk” adalah bentuk tunggal dari kata
“mamalik” yang berarti budak.Dinasti Mamluk sendiri memang didirikan oleh para
budak.Pada awalnya mereka adalah orang-orang yang direkrut oleh penguasa
dinasti Ayyubiyah sebagai budak, kemudian dididik dan dijadikan
tentaranya.Mereka ditempatkan pada kelompok tersendiri yang terpisah dari
masyarakat.Oleh penguasa Ayyubiyah yang terakhir, yaitu al-Malik as-Salih, mereka
dijadikan pengawal untuk menjamin kelangsungan kekuasaannya.Pada masa penguasa
ini, mereka mendapat hak-hak istimewa, baik dalam karier ketentaraan maupun
dalam imbalan-imbalan material. Mereka terdiri dari dua kelompok yaitu Mamluk
Bahri dan Mamluk Buruj atau Burji yang datang kemudian.Dinamakan Mamluk Bahri
karena tempat tinggal mereka di Pulau ar-Raudah yang terletak di laut Arab,
bahr bentangan delta sungai Nil.Sementara dinamakan Mamluk Burji karena mereka
menempati benteng-benteng Arab, burj di Kairo. Kaum Bahri berasal dari Qipchaq,
Rusia Selatan, yang berdarah campuran antara Mongol dan Kurdi, sedangkan Burji
adalah orang-orang Circassia dari Caucasus. Dalam pada itu, peta pemerintahan
dinasti Mamluk dalam perjalanannya kemudian banyak dikatakan oleh para
sejarawan sebagai bentuk penguasaan yang carut marut karena terbagi menjadi dua
kekuasaan besar.
Cikal bakal dinasti ini berawal dari seorang
mantan budak bernama Syajar ad-Durr, yang kemudian dijadikan sebagai istri oleh
al-Malik as-Salih (1249 M) sebagai penguasa dinasti Ayyubiyah. Setelah al-Malik
as-Salih wafat, berbagai informasi mengatakan bahwa Syajar ad-Durr kemudian
menyandang gelar “sultanah” atau berkedudukan sebagai sultan perempuan selama
hampir delapan puluh hari. Pada masa itu ia juga tercatat sebagai satu-satunya
penguasa wanita muslim di kawasan Afrika Utara dan Asia Barat, namanya juga
diabadikan dalam kepingan mata uang dan disebutkan pada setiap sholat Jum’at.
Ia memutuskan untuk menikah lagi dengan Izzuddin Aybak, Sultan Mamluk pertama
(1250-1257 M) yang kemudian justru terbunuh oleh Syajar al-Durr sendiri.Hal ini
merupakan awal fondasi kekuasaan dinasti Mamluk.
B. Wilayah
Kekuasaan Dinasti Mamluk
Dinasti Mamluk yang berkuasa pada masa ini
disebut Bahri.Mereka kebanyakan berasal dari keluarga Turk dan Mongol. Mereka
memerintah Mesir dan Suriah, dan kadangkala Jazirah Arab, hingga tahun 1382
M.Ketika Mongol menyerbu Suriah pada tahun 1260 M, pasukan Mamluk berhasil
mengalahkan mereka di Ain Jalut, dan mendesak pasukan Mongol mundur kembali ke
Persia. Inilah pertama kalinya pasukan Mongol dikalahkan dalam suatu
pertempuran besar.Pemimpin Mamluk dalam pertempuran tersebut, Baibars, kemudian
menjadi sultan Mamluk seusai pertempuran.
Baibars dan pasukan Mamluknya mengalahkan
pasukan Salib terakhir pada tahun 1263 M. Ketika itu terjadi pertempuran besar
di Antiokhia, dan pada akhirnya 16000 tentara Kristen terbunuh sedangkan ribuan
penduduk Antiokhia dijadikan budak.
C. Karya-karya pada
Dinasti Mamluk
a. Bidang
Ekonomi
Dalam bidang ekonomi, dinasti Mamluk membuka
hubungan dagang dengan Perancis dan Itali melalui perluasan jalur perdagangan
yang sudah dirintis oleh dinasti Fatimiyyah di Mesir sebelumnya.
Disamping itu, hasil pertanian juga meningkat.
Keberhasilan dalam bidang ekonomi ini didukung oleh pembangunan jaringan
pengangkutan dan komunikasi antara kota, baik laut mahupun darat. Keteguhan
angkatan laut Mamalik sangat membantu pengembangan ekonominya.
b. Pembangunan
Dinasti Mamalik juga banyak mengalami kemajuan
di bidang pembangunan.Banyak juru bina dibawa ke Mesir untuk membangunkan
sekolah-sekolah dan masjid-masjid yang indah.Bangunan-bangunan lain yang
didirikan pada masa ini di antaranya adalah, hospital, musium, perpustakaan,
villa-villa, kubah, dan menara masjid.
c. Ilmu
Pengetahuan
Di dalam ilmu pengetahuan, Mesir menjadi tempat
pelarian ilmuan-ilmuan asal Baghdad dari serangan tentera Mongol. Karena itu,
ilmu-ilmu banyak berkembang di Mesir, seperti sejarah, perubatan,
astronomi, matematik, dan il-mu agama. Dalam ilmu sejarah
tercatat nama-nama besar, seperti Ibn Khalikan, Ibn Taghribardi, dan Ibn
Khaldun. Di bidang astronomi dikenal nama Nasir Al-Din Al-tusi. Di bidang
perubatan pula, Abu Hasan `Ali Al-Nafis. Sedangkan, dalam bidang ilmu
keagamaan, tersohor nama Ibn Taimiyah, Al-Sayuthi, dan Ibn Hajar Al-`Asqalani.
d. Militer
Pemerintahan dinasti ini dilantik dari
pengaruhnya dalam ketenteraan. Para Mamluk yang dididik haruslah dengan
tujuan untuk menjadi pasukan pendukung kebijaksanaan pemimpin. Ketua Negara
atau sultan akan diangkat di antara pemimpin tentera yang terbaik, yang paling
berprestasi, dan mempunyai kemampuan untuk menghimpun kekuatan. Walaupun mereka
adalah pendatang di wilayah Mesir, mereka berhasil menciptakan ikatan yang kuat
berdasarkan daerah asal mereka.
Dinasti Mamalik juga menghasilkan buku mengenai
ilmu ketenteraan.Minat para penulis semakin terpacu dengan keinginan mereka
untuk mempersembahkan sebuah karya kepada kepada para sultan yang menjadi
penguasa saat itu.Perbahasan yang sering dibahas adalah mengenai selok-belok
yang berkaitan dengan serangan bangsa Mongol.Pada lingkungan ketenteraan
Dinasti ini, menghasilkan banyak karya tentang ketenteraan, khususnya keahlian
menunggang kuda.
e. Budaya
Politik
Daulah Mamalik atau Dinasti Mamluk membawa
warna baru dalam sejarah politik Islam.Pemerintahan dinasti ini bersifat
oligarki militer, kecuali dalam waktu yang singkat ketika Qalawun(1280-1290
M) menerapkan pergantian sultan secara turun temurun. Anak Qalawun berkuasa
hanya empat tahun, karena kekuasaannya direbut oleh Kitbugha (1295- 1297
M). Sistem pemerintahan oligarki ini banyak mendatangkan kemajuan di Mesir.
Kedudukan amir menjadi sangat penting.Para amir berkompetisi dalam prestasi,
karena mereka merupakan kandidat sultan. Kemajuan-kemajuan itu dicapai dalam
bebagai bidang, seperti konsolidasi pemerintahan, perekonomian, dan ilmu
pengetahuan.
D. Sistem Pemerintahan
Bentuk pemerintahan oligarki militer adalah
suatu bentuk pemerintahan yang menerapkan kepemimpinan berdasarkan kekuatan dan
pengaruh, bukan melalui garis keturunan. Sistim pemerintahan oligarki militer
ini merupakan kreatifitas tokoh-tokoh militer Mamluk yang belum pernah berlaku
sebelumnya dalam perkembangan politik di pemerintahan Islam. Jika dibandingkan
dengan sistim pemerintahan yang dijalankan sebelumnya, yaitu Sistim Monarki dan
Sistim Aristokrasi atau pemerintahan para bangsawan, maka sistim pemerintahan
Oligarki Militer dapat dikatakan lebih demokratis.
Sistim Oligarki Militer lebih mementingkan
kecakapan, kecerdasan, dan keahlian dalam peperangan. Sultan yang lemah bisa
saja disingkirkan atau diturunkan dari kursi jabatannya oleh seorang Mamluk
yang lebih kuat dan memiliki pengaruh besar di tengah-tengah masyarakat.
Kelebihan lain dari sistim oligarki militer ini adalah tidak adanya istilah
senioritas yang berhak atas juniornya untuk menduduki jabatan sultan, melainkan
lebih berdasarkan keahlian dan kepiawaian seorang Mamluk tersebut.
E. Tokoh-tokoh
yang berpengaruh
Di awal tahun 1260 M Mesir terancam serangan
bangsa Mongol yang sudah berhasil menduduki hampir seluruh dunia Islam. Kedua
tentara bertemu di Ayn Jalut, dan pada tanggal 13 September 1260 M, tentara
Mamalik di bawah pimpinan Qutuz, Baybars dan Syaikhul Islam Ibn Taimiyyah
Rahimahullah berhasil menghancurkan pasukan Mongol tersebut. Kemenangan atas
tentara Mongol ini membuat kekuasaan Mamalik di Mesir menjadi tumpuan harapan
umat Islam di sekitarnya.Penguasa-penguasa di Syria segera menyatakan sumpah
setia kepada penguasa Mamalik.
Tidak lama setelah itu Qutuz meninggal
dunia.Baybars, seorang pemimpin militer yang tangguh dan cerdas, diangkat oleh
pasukannya menjadi Sultan (1260- 1277 M).Ia adalah sultan terbesar dan
termasyhur di antara Sultan Mamalik. Ia pula yang dipandang sebagai pembangun
hakiki dinasti Mamalik.Sejarah daulah ini hanya berlangsung sampai tahun 1517
M, ketika dikalahkan oleh Bani Utsmani, Daulah ini dibagi menjadi dua
periode :
1. Periode
kekuasaan Mamluk Bahri, sejak berdirinya (1250 M) sampai berakhirnya
pemerintahan Hajji II tahun 1389 M.
2. Periode
kekuasaan Mamluk Burji, sejak berkuasanya Burquq untuk kedua kalinya tahun 1389
M sampai kerajaan ini dikalahkan oleh Bani Utsmani tahun 1517 .
F. Runtuhnya
Dinasti Mamluk
Kemajuan-kemajuan dinasti Mamalik ini tercapai
berkat keperibadian dan wibawa Sultan yang tinggi, marubah sesama ketenteraan
yang kuat dan kestabilan negara yang aman dari gangguan.Akan tetapi, ketika
faktor-faktor tersebut menghilang, dinasti Mamalik sedikit demi sedikit
mengalami kemunduran. Semenjak masuknya hamba-hamba dari Sirkasia yang
kemudian dikenal dengan nama Mamluk Burji, yang pertama kalinya dibawa oleh
Qalawun, maruah antara tentera menurun, terutama setelah Mamluk Burji
berkuasa.
Banyak penguasa Mamluk Burji yang bermoral
rendah dan tidak menyukai ilmu pengetahuan.Kemewahan dan kebiasaan berfoya-foya
dikalangan penguasa menyebabkan cukai dinaikkan.Akibatnya, semangat kerja
rakyat menurun dan ekonomi Negara tidak stabil.Maka,
suatu kekuatan politik baru yang besar muncul sebagai tentangan bagi
Mamalik, yaitu kerajaan Usmani. Kerajaan inilah yang mengakhiri riwayat Mamalik
di Mesir. Dinasti Mamalik kalah melawan pasukan Usmani dalam pertempuran
di luar kota Cairo pada tahun 1517 M. Sejak itu wilayah Mesir berada di
bawah kekuasaan Kerajaan Usmani sebagai salah satu wilayahnya.Mamluk pada
awalnya adalah para budak di Kekhalifahan Abbasiyah. Sejak tahun 850 M, para
khalifah Abbasiyah mengambil dan membawa para pemuda non-Muslim sebagai budak
dan mendidik mereka menjadi tentara Muslim Sunni dalam pasukan budak.Para budak
dalam pasukan Mamluk ini semakin lama jumlahnya semakin banyak.
Pada tahun 1144 M, seorang jenderal Mamluk
bernama Imaduddin Zengi menaklukan Edessa, salah satu negara yang didirikan
oleh orang Eropa setelah Perang Salib Pertama.Dia dibunuh oleh budaknya sendiri
tidak lama setela itu, ketika dia ketahuan meminum anggur.Ketika pasukan Salib
datang kembali untuk merebut lagi Edessa, putra Zengi, Nuruddin, berhasil
menghalau mereka.Setelah itu Nuruddin mendirikan dinastinya sendiri dengan
menaklukan Damaskus dari penguasa Muslim lokal.
Pada tahun 1100-an M, orang Mamluk lainnya
bekerja kepada para sultan Ayyubiyah di Mesir dan Suriah, namun sedikit demi
sedikit mereka mengambil kekuasaan dari para sultan itu.Pada tahun 1244 M,
orang Mamluk menaklukan Yerusalem dari pasukan Salib.Pada tahun 1245 M raja
Louis IX dari Prancis melancarkan Perang Salib Ketujuh untuk merebutnya
kembali, namun dia malah ditangkap oleh Mamluk.Pada tahun 1250 M Syajar
al-Durr, ibu dari sultan Ayyubiyah terakhir, membunuh putranya dan berkuasa
sendiri.Dia mencetak uang dan membuat dekrit.Dia juga mengakhiri Perang Salib
Ketujuh melalui negosiasi dan membiarkan Louis pergi.Syajar al-Durr dengan
segera harus menikahi pemimpin Mamluk, Aybak, supaya tetap berkuasa, namun dia
terus memerintah dan pada tahun 1257 dia membunuh Aybak.Setelah itu dia
ditangkap dan dihukum mati.Ini membuat Mamluk dapat menguasai Mesir dan Suriah.
BAB III PENUTUP
KESIMPULAN
Dinasti
Mamluk merupakan salah satu Dinasti dalam peradaban islam pada masa keemasan
islam atau kejayaan islam. Sebagaimana sekilas diketengahkan, sejarah panjang
dinasti Mamluk merupakan salah satu bukti bentuk sistem bergulirnya
pemerintahan dalam peradaban Islam yang kompleks dalam arti tidak terkungkung
pada sistem pemerintahan berbasis keturunan, bahkan tidak juga dominasi
agamawan atau aristokrat dimana kalangan budak mampu mengisi sejarah peradaban
Islam dengan berbagai sumbangan serta sisi positif dan negatifnya.
DAFTAR PUSTAKA
Ira M. Lapidus, Sejarah Sosial Ummat Islam
Wikipedia.org
Oleh: Wawan Firmana
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam sejarah peradaban Islam setelah masa
pemerintahan khulafour-rasidin Islam terbagi menjadi dinasti-dinasti yang terus
berkembang pesat dan membawa pengaruh kepada peradaban dunia. Salah
satunya yang dikenal dengan nama Dinasti Mamluk. Dinasti Mamluk sendiri
merupakan dinasti pada masa keemasan Islam yang mampu mempengaruhi peradaban
dunia.Berangkat dari hal tersebut kami mencoba menguraikan hal-hal yang
berkaitan dengan Dinasti Mamluk sehingga menjadi pengetahuan bagi kita semua
guna mengambil pelajaran sejarah pada masa itu.
Di dalam sejarah peradaban Islam, tentang
Dinasti Mamluk ini sangatlah penting kerana sejarahnya bermula di abad
pertengahan. Kepentingan pembahasan mengenai abad pertengahan ini (abad ke 7
hingga ke 11H / abad ke 13 hingga ke 17 M ) adalah kerana era ini merupakan
masa perbentukan salah satu sistem politik dalam Islam. Terjadi juga di era ini
penerapan pemikiran –pemikiran di bidang sosial dan politik yang lahir sejak
zaman dinasti-dinasti besar iaitu Bani Umayyah dan Bani Abbas, dan
kesultanan-kesultanan lainnya di dunia Islam
bahagian barat dan timur.
B. Tujuan
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata
kuliah Sejarah Peradaban Islam. Selain itu makalah ini juga bertujuan sebagai
sarana untuk menambah pengetahuan mahasiswa khususnya dalam memahami Sejarah
Peradaban Islam.
BAB II PEMBAHASAN
A. Asal Usul Dinasti
Mamluk
Kata “mamluk” adalah bentuk tunggal dari kata
“mamalik” yang berarti budak.Dinasti Mamluk sendiri memang didirikan oleh para
budak.Pada awalnya mereka adalah orang-orang yang direkrut oleh penguasa
dinasti Ayyubiyah sebagai budak, kemudian dididik dan dijadikan
tentaranya.Mereka ditempatkan pada kelompok tersendiri yang terpisah dari
masyarakat.Oleh penguasa Ayyubiyah yang terakhir, yaitu al-Malik as-Salih, mereka
dijadikan pengawal untuk menjamin kelangsungan kekuasaannya.Pada masa penguasa
ini, mereka mendapat hak-hak istimewa, baik dalam karier ketentaraan maupun
dalam imbalan-imbalan material. Mereka terdiri dari dua kelompok yaitu Mamluk
Bahri dan Mamluk Buruj atau Burji yang datang kemudian.Dinamakan Mamluk Bahri
karena tempat tinggal mereka di Pulau ar-Raudah yang terletak di laut Arab,
bahr bentangan delta sungai Nil.Sementara dinamakan Mamluk Burji karena mereka
menempati benteng-benteng Arab, burj di Kairo. Kaum Bahri berasal dari Qipchaq,
Rusia Selatan, yang berdarah campuran antara Mongol dan Kurdi, sedangkan Burji
adalah orang-orang Circassia dari Caucasus. Dalam pada itu, peta pemerintahan
dinasti Mamluk dalam perjalanannya kemudian banyak dikatakan oleh para
sejarawan sebagai bentuk penguasaan yang carut marut karena terbagi menjadi dua
kekuasaan besar.
Cikal bakal dinasti ini berawal dari seorang
mantan budak bernama Syajar ad-Durr, yang kemudian dijadikan sebagai istri oleh
al-Malik as-Salih (1249 M) sebagai penguasa dinasti Ayyubiyah. Setelah al-Malik
as-Salih wafat, berbagai informasi mengatakan bahwa Syajar ad-Durr kemudian
menyandang gelar “sultanah” atau berkedudukan sebagai sultan perempuan selama
hampir delapan puluh hari. Pada masa itu ia juga tercatat sebagai satu-satunya
penguasa wanita muslim di kawasan Afrika Utara dan Asia Barat, namanya juga
diabadikan dalam kepingan mata uang dan disebutkan pada setiap sholat Jum’at.
Ia memutuskan untuk menikah lagi dengan Izzuddin Aybak, Sultan Mamluk pertama
(1250-1257 M) yang kemudian justru terbunuh oleh Syajar al-Durr sendiri.Hal ini
merupakan awal fondasi kekuasaan dinasti Mamluk.
B. Wilayah
Kekuasaan Dinasti Mamluk
Dinasti Mamluk yang berkuasa pada masa ini
disebut Bahri.Mereka kebanyakan berasal dari keluarga Turk dan Mongol. Mereka
memerintah Mesir dan Suriah, dan kadangkala Jazirah Arab, hingga tahun 1382
M.Ketika Mongol menyerbu Suriah pada tahun 1260 M, pasukan Mamluk berhasil
mengalahkan mereka di Ain Jalut, dan mendesak pasukan Mongol mundur kembali ke
Persia. Inilah pertama kalinya pasukan Mongol dikalahkan dalam suatu
pertempuran besar.Pemimpin Mamluk dalam pertempuran tersebut, Baibars, kemudian
menjadi sultan Mamluk seusai pertempuran.
Baibars dan pasukan Mamluknya mengalahkan
pasukan Salib terakhir pada tahun 1263 M. Ketika itu terjadi pertempuran besar
di Antiokhia, dan pada akhirnya 16000 tentara Kristen terbunuh sedangkan ribuan
penduduk Antiokhia dijadikan budak.
C. Karya-karya pada
Dinasti Mamluk
a. Bidang
Ekonomi
Dalam bidang ekonomi, dinasti Mamluk membuka
hubungan dagang dengan Perancis dan Itali melalui perluasan jalur perdagangan
yang sudah dirintis oleh dinasti Fatimiyyah di Mesir sebelumnya.
Disamping itu, hasil pertanian juga meningkat.
Keberhasilan dalam bidang ekonomi ini didukung oleh pembangunan jaringan
pengangkutan dan komunikasi antara kota, baik laut mahupun darat. Keteguhan
angkatan laut Mamalik sangat membantu pengembangan ekonominya.
b. Pembangunan
Dinasti Mamalik juga banyak mengalami kemajuan
di bidang pembangunan.Banyak juru bina dibawa ke Mesir untuk membangunkan
sekolah-sekolah dan masjid-masjid yang indah.Bangunan-bangunan lain yang
didirikan pada masa ini di antaranya adalah, hospital, musium, perpustakaan,
villa-villa, kubah, dan menara masjid.
c. Ilmu
Pengetahuan
Di dalam ilmu pengetahuan, Mesir menjadi tempat
pelarian ilmuan-ilmuan asal Baghdad dari serangan tentera Mongol. Karena itu,
ilmu-ilmu banyak berkembang di Mesir, seperti sejarah, perubatan,
astronomi, matematik, dan il-mu agama. Dalam ilmu sejarah
tercatat nama-nama besar, seperti Ibn Khalikan, Ibn Taghribardi, dan Ibn
Khaldun. Di bidang astronomi dikenal nama Nasir Al-Din Al-tusi. Di bidang
perubatan pula, Abu Hasan `Ali Al-Nafis. Sedangkan, dalam bidang ilmu
keagamaan, tersohor nama Ibn Taimiyah, Al-Sayuthi, dan Ibn Hajar Al-`Asqalani.
d. Militer
Pemerintahan dinasti ini dilantik dari
pengaruhnya dalam ketenteraan. Para Mamluk yang dididik haruslah dengan
tujuan untuk menjadi pasukan pendukung kebijaksanaan pemimpin. Ketua Negara
atau sultan akan diangkat di antara pemimpin tentera yang terbaik, yang paling
berprestasi, dan mempunyai kemampuan untuk menghimpun kekuatan. Walaupun mereka
adalah pendatang di wilayah Mesir, mereka berhasil menciptakan ikatan yang kuat
berdasarkan daerah asal mereka.
Dinasti Mamalik juga menghasilkan buku mengenai
ilmu ketenteraan.Minat para penulis semakin terpacu dengan keinginan mereka
untuk mempersembahkan sebuah karya kepada kepada para sultan yang menjadi
penguasa saat itu.Perbahasan yang sering dibahas adalah mengenai selok-belok
yang berkaitan dengan serangan bangsa Mongol.Pada lingkungan ketenteraan
Dinasti ini, menghasilkan banyak karya tentang ketenteraan, khususnya keahlian
menunggang kuda.
e. Budaya
Politik
Daulah Mamalik atau Dinasti Mamluk membawa
warna baru dalam sejarah politik Islam.Pemerintahan dinasti ini bersifat
oligarki militer, kecuali dalam waktu yang singkat ketika Qalawun(1280-1290
M) menerapkan pergantian sultan secara turun temurun. Anak Qalawun berkuasa
hanya empat tahun, karena kekuasaannya direbut oleh Kitbugha (1295- 1297
M). Sistem pemerintahan oligarki ini banyak mendatangkan kemajuan di Mesir.
Kedudukan amir menjadi sangat penting.Para amir berkompetisi dalam prestasi,
karena mereka merupakan kandidat sultan. Kemajuan-kemajuan itu dicapai dalam
bebagai bidang, seperti konsolidasi pemerintahan, perekonomian, dan ilmu
pengetahuan.
D. Sistem Pemerintahan
Bentuk pemerintahan oligarki militer adalah
suatu bentuk pemerintahan yang menerapkan kepemimpinan berdasarkan kekuatan dan
pengaruh, bukan melalui garis keturunan. Sistim pemerintahan oligarki militer
ini merupakan kreatifitas tokoh-tokoh militer Mamluk yang belum pernah berlaku
sebelumnya dalam perkembangan politik di pemerintahan Islam. Jika dibandingkan
dengan sistim pemerintahan yang dijalankan sebelumnya, yaitu Sistim Monarki dan
Sistim Aristokrasi atau pemerintahan para bangsawan, maka sistim pemerintahan
Oligarki Militer dapat dikatakan lebih demokratis.
Sistim Oligarki Militer lebih mementingkan
kecakapan, kecerdasan, dan keahlian dalam peperangan. Sultan yang lemah bisa
saja disingkirkan atau diturunkan dari kursi jabatannya oleh seorang Mamluk
yang lebih kuat dan memiliki pengaruh besar di tengah-tengah masyarakat.
Kelebihan lain dari sistim oligarki militer ini adalah tidak adanya istilah
senioritas yang berhak atas juniornya untuk menduduki jabatan sultan, melainkan
lebih berdasarkan keahlian dan kepiawaian seorang Mamluk tersebut.
E. Tokoh-tokoh
yang berpengaruh
Di awal tahun 1260 M Mesir terancam serangan
bangsa Mongol yang sudah berhasil menduduki hampir seluruh dunia Islam. Kedua
tentara bertemu di Ayn Jalut, dan pada tanggal 13 September 1260 M, tentara
Mamalik di bawah pimpinan Qutuz, Baybars dan Syaikhul Islam Ibn Taimiyyah
Rahimahullah berhasil menghancurkan pasukan Mongol tersebut. Kemenangan atas
tentara Mongol ini membuat kekuasaan Mamalik di Mesir menjadi tumpuan harapan
umat Islam di sekitarnya.Penguasa-penguasa di Syria segera menyatakan sumpah
setia kepada penguasa Mamalik.
Tidak lama setelah itu Qutuz meninggal
dunia.Baybars, seorang pemimpin militer yang tangguh dan cerdas, diangkat oleh
pasukannya menjadi Sultan (1260- 1277 M).Ia adalah sultan terbesar dan
termasyhur di antara Sultan Mamalik. Ia pula yang dipandang sebagai pembangun
hakiki dinasti Mamalik.Sejarah daulah ini hanya berlangsung sampai tahun 1517
M, ketika dikalahkan oleh Bani Utsmani, Daulah ini dibagi menjadi dua
periode :
1. Periode
kekuasaan Mamluk Bahri, sejak berdirinya (1250 M) sampai berakhirnya
pemerintahan Hajji II tahun 1389 M.
2. Periode
kekuasaan Mamluk Burji, sejak berkuasanya Burquq untuk kedua kalinya tahun 1389
M sampai kerajaan ini dikalahkan oleh Bani Utsmani tahun 1517 .
F. Runtuhnya
Dinasti Mamluk
Kemajuan-kemajuan dinasti Mamalik ini tercapai
berkat keperibadian dan wibawa Sultan yang tinggi, marubah sesama ketenteraan
yang kuat dan kestabilan negara yang aman dari gangguan.Akan tetapi, ketika
faktor-faktor tersebut menghilang, dinasti Mamalik sedikit demi sedikit
mengalami kemunduran. Semenjak masuknya hamba-hamba dari Sirkasia yang
kemudian dikenal dengan nama Mamluk Burji, yang pertama kalinya dibawa oleh
Qalawun, maruah antara tentera menurun, terutama setelah Mamluk Burji
berkuasa.
Banyak penguasa Mamluk Burji yang bermoral
rendah dan tidak menyukai ilmu pengetahuan.Kemewahan dan kebiasaan berfoya-foya
dikalangan penguasa menyebabkan cukai dinaikkan.Akibatnya, semangat kerja
rakyat menurun dan ekonomi Negara tidak stabil.Maka,
suatu kekuatan politik baru yang besar muncul sebagai tentangan bagi
Mamalik, yaitu kerajaan Usmani. Kerajaan inilah yang mengakhiri riwayat Mamalik
di Mesir. Dinasti Mamalik kalah melawan pasukan Usmani dalam pertempuran
di luar kota Cairo pada tahun 1517 M. Sejak itu wilayah Mesir berada di
bawah kekuasaan Kerajaan Usmani sebagai salah satu wilayahnya.Mamluk pada
awalnya adalah para budak di Kekhalifahan Abbasiyah. Sejak tahun 850 M, para
khalifah Abbasiyah mengambil dan membawa para pemuda non-Muslim sebagai budak
dan mendidik mereka menjadi tentara Muslim Sunni dalam pasukan budak.Para budak
dalam pasukan Mamluk ini semakin lama jumlahnya semakin banyak.
Pada tahun 1144 M, seorang jenderal Mamluk
bernama Imaduddin Zengi menaklukan Edessa, salah satu negara yang didirikan
oleh orang Eropa setelah Perang Salib Pertama.Dia dibunuh oleh budaknya sendiri
tidak lama setela itu, ketika dia ketahuan meminum anggur.Ketika pasukan Salib
datang kembali untuk merebut lagi Edessa, putra Zengi, Nuruddin, berhasil
menghalau mereka.Setelah itu Nuruddin mendirikan dinastinya sendiri dengan
menaklukan Damaskus dari penguasa Muslim lokal.
Pada tahun 1100-an M, orang Mamluk lainnya
bekerja kepada para sultan Ayyubiyah di Mesir dan Suriah, namun sedikit demi
sedikit mereka mengambil kekuasaan dari para sultan itu.Pada tahun 1244 M,
orang Mamluk menaklukan Yerusalem dari pasukan Salib.Pada tahun 1245 M raja
Louis IX dari Prancis melancarkan Perang Salib Ketujuh untuk merebutnya
kembali, namun dia malah ditangkap oleh Mamluk.Pada tahun 1250 M Syajar
al-Durr, ibu dari sultan Ayyubiyah terakhir, membunuh putranya dan berkuasa
sendiri.Dia mencetak uang dan membuat dekrit.Dia juga mengakhiri Perang Salib
Ketujuh melalui negosiasi dan membiarkan Louis pergi.Syajar al-Durr dengan
segera harus menikahi pemimpin Mamluk, Aybak, supaya tetap berkuasa, namun dia
terus memerintah dan pada tahun 1257 dia membunuh Aybak.Setelah itu dia
ditangkap dan dihukum mati.Ini membuat Mamluk dapat menguasai Mesir dan Suriah.
BAB III PENUTUP
KESIMPULAN
Dinasti
Mamluk merupakan salah satu Dinasti dalam peradaban islam pada masa keemasan
islam atau kejayaan islam. Sebagaimana sekilas diketengahkan, sejarah panjang
dinasti Mamluk merupakan salah satu bukti bentuk sistem bergulirnya
pemerintahan dalam peradaban Islam yang kompleks dalam arti tidak terkungkung
pada sistem pemerintahan berbasis keturunan, bahkan tidak juga dominasi
agamawan atau aristokrat dimana kalangan budak mampu mengisi sejarah peradaban
Islam dengan berbagai sumbangan serta sisi positif dan negatifnya.
DAFTAR PUSTAKA
Ira M. Lapidus, Sejarah Sosial Ummat Islam
Wikipedia.org
0 komentar:
Posting Komentar