BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam Undang-Undang
Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003 dijelaskan bahwa: “Pendidikan Nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab” (2005: 65-66).
Di kalangan umum,
terutama siswa sekolah dasar, menengah dan perguruan tinggi, belajar tidak
pernah menjadi hal yang menyenangkan bagi mereka, belajar dipandang sebagai
musuh yang patut dijauhi, kini belajar adalah hal yang menyenangkan dan nyaman
tanpa perasaan cemas, takut, dan lelah dengan panduan dari pembelajaran
learning. Oleh karena itu, penulis mencoba memaparkan strategi pembelajaran
Quantum Learning, Problem Based Learning dan Berorientasi Aktivitas Siswa.
B. TUJUAN
1.
Mengetahui dan bisa
mempraktekkan strategi pembelajaran quantum learning, problem based learning
dan pembelajaran berorientasi aktivitas siswa.
BAB II
PEMBAHASAN
A. QUANTUM LEARNING
1.
Pengertian
Kata Quantum sendiri berarti interaksi yang mengubah energi
menjadi cahaya. Jadi Quantum Teaching menciptakan lingkungan belajar yang
efektif, dengan cara menggunakan unsur yang ada pada siswa dan lingkungan
belajarnya melalui interaksi yang terjadi di dalam kelas.[1]
Dalam Quantum Teaching bersandar pada konsep ‘Bawalah dunia
mereka ke dunia kita, dan antarkan dunia kita ke dunia mereka’. Hal ini
menunjukkan, betapa pengajaran dengan Quantum Teaching tidak hanya menawarkan
materi yang mesti dipelajari siswa. Tetapi jauh dari itu, siswa juga diajarkan
bagaimana menciptakan hubungan emosional yang baik dalam dan ketika belajar.
Dengan Quantum teaching kita dapat mengajar dengan
memfungsikan kedua belahan otak kiri dan otak kanan pada fungsinya masing-masing.
Penelitian di Universitas California mengungkapkan bahwa masing-masing otak
tersebut mengendalikan aktivitas intelektual yang berbeda.
Otak kiri menangani angka, susunan, logika, organisasi, dan
hal lain yang memerlukan pemikiran rasional, beralasan dengan pertimbangan yang
deduktif dan analitis. Bagian otak ini yang digunakan berpikir mengenai hal-hal
yang bersifat matematis dan ilmiah. Kita dapat memfokuskan diri pada garis dan
rumus, dengan mengabaikan kepelikan tentang warna dan irama.
Otak kanan mengurusi masalah pemikiran yang abstrak dengan
penuh imajinasi. Misalnya warna, ritme, musik, dan proses pemikiran lain yang
memerlukan kreativitas, orisinalitas, daya cipta dan bakat artistik. Pemikiran
otak kanan lebih santai, kurang terikat oleh parameter ilmiah dan matematis.
Kita dapat melibatkan diri dengan segala rupa dan bentuk, warna-warni dan
kelembutan, dan mengabaikan segala ukuran dan dimensi yang mengikat.
Teaching dan Learning merupakan model pembelajaran yang
sama-sama dikemas Bobbi De Porter yang diilhami dari konsep kepramukaan,
sugestopedia, dan belajar melalui berbuat. Teaching diarahkan untuk proses
pembelajaran guru saat berada di kelas, berhadapan dengan siswa, merencanakan
pembelajaran, dan mengevaluasinya. Pola Teaching terangkum dalam konsep TANDUR,
yakni Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan. Sementara
itu, Learning merupakan konsep untuk pembelajar agar dapat menyerap fakta,
konsep, prosedur, dan prinsip sebuah ilmu dengan cara cepat, menyenangkan, dan berkesan.
Jadi, Teaching diperuntukkan guru dan Learning diperuntukkan siswa atau
masyarakat umum sebagai pembelajar. Sebagai guru, Ibu tentunya perlu mendalami
keduanya agar bisa menyerap konsep secara utuh dan terintegrasi.
Dalam Teaching, guru sangat diharapkan sebagai aktor yang
mampu memainkan berbagai gaya belajar anak, mengorkestrakan kelas, menghipnotis
kelas dengan daya tarik, dan menguatkan konsep ke dalam diri anak. Prinsipnya,
bawalah dunia guru ke dunia siswa dan ajaklah siswa ke dunia guru. Dalam
Teaching, tidak ada siswa yang bodoh, yang ada adalah siswa yang belum
berkembang karena titik sentuhnya belum cocok dengan titik sentuh yang
diberikan guru. Berarti, guru perlu penyesuaian sesuai dengan kondisi siswa
dengan berpedoman pada segalanya bertujuan, segalanya berbicara, mengalami
sebelum pemberian nama, akui setiap usaha, dan rayakan.
Learning merupakan strategi belajar yang bisa digunakan oleh
siapa saja selain siswa dan guru karena memberikan gambaran untuk mendalami apa
saja dengan cara mantap dan berkesan. Caranya, seorang pembelajar harus
mengetahui terlebih dahulu gaya belajar, gaya berpikir, dan situasi dirinya.
Dengan begitu, pembelajar akan dengan cepat mendalami sesuatu. Banyak orang
yang telah merasakan hasilnya setelah mengkaji sesuatu dengan cara Learning.
Segalanya dapat dengan mudah, cepat, dan mantap dikaji dan didalami dengan
suasana yang menyenangkan.
Persamaan Quantum Teaching ini diibaratkan mengikuti konsep
Fisika Quantum yaitu:
E = mc2
E
= Energi (antusiasme, efektivitas belajar-mengajar,semangat)
M
= massa (semua individu yang terlibat, situasi, materi, fisik)
c
= interaksi (hubungan yang tercipta di kelas)
Berdasarkan persamaan ini dapat dipahami, interaksi serta
proses pembelajaran yang tercipta akan berpengaruh besar sekali terhadap
efektivitas dan antusiasme belajar pada peserta didik.
2. Prinsip Utama Pembelajaran Quantum
Prinsip pembelajaran quantum berbunyi : bawalah dunia
mereka (pembelajar) kedalam dunia kita (pengajar), dan antarkan dunia kita (pengajar)
ke dalam dunia mereka (pembelajar). Dalam pembelajaran quantum juga berlaku
prinsip bahwa proses pembelajaran merupakan permainan orkestra simfoni.
Prinsip-prinsip
dasar ada lima macam berikut ini :
a. Ketahuilah bahwa semuanya berbicara
b. Ketahuilah bahwa semuanya bertujuan
c. Sadarilah bahwa pengalaman mendahului penamaan
d. Akuilah setiap usaha yang dilakukan dalam pembelajaran
e. Sadarilah bahwa sesuatu yang layak dipelajari layak pula
dirayakan segala sesuatu yang layak dipelajari oleh pembelajar sudah pasti
layak pula dirayakan keberhasilannya.
Dalam
pembelajaran quantum juga berlaku prinsip bahwa pembelajaran harus berdampak
bagi terbentuknya keunggulan.
Delapan kunci
keunggulan quantum :
a. Terapkanlah hidup dalam integritas
Dalam
pembelajaran bersikaplah apa adanya, tulus, dan menyeluruh yang lahir ketika
nilai-nilai dan perilaku kita menyatu.
b. Akuilah kegagalan dapat membawa kesuksesan
Dalam
pembelajaran, kita harus mengerti dan mengakui bahwa kesalahan atau kegagalan
dapat memberikan informasi kepada kitayang diperlukan untuk belajar lebih
lanjut sehingga kita dapat berhasil.
c. Berbicaralah dengan niat baik
Dalam
pembelajaran, perlu dikembangkan ketrampilan berbicara dalam arti positif dan
bertanggung jawab atas komunikasi yang jujur dan langsung.
d. Tegaskanlah komitmen
Dalam
pembelajaran, baik pengajar maupun pembelajar harus mengikuti visi-misi tanpa
ragu-ragu, tetap pada rel yang telah ditetapkan.
e. Jadilah pemilik
Dalam
pembelajaran harus ada tanggung jawab. Tanpa tanggung jawab tidak akan terjadi
pembelajaran yang bermakna dan bermutu.
f. Tetaplah lentur
Dalam
pembelajaran, pertahankan kemampuan untuk mengubah yang sedang dilakukan untuk
memperoleh hasil yang diinginkan.
g. Pertahankan keseimbangan
Dalam
pembelajaran, pertahankan jiwa, tubuh, emosi dan semangat dalam satu
kesatuan dan kesejajaran agar proses dan hasil pembelajaran yang efektif dan
optimal.
3. Hakekat Quantum Learning
Quantum learning adalah seperangkat metode dan falsafah
belajar yang telah terbukti efektif di sekolah dan bisnis bekerja untuk semua
tipe orang, dan segala usia. Quantum learning berakar dari upaya Dr. Georgi
Lozanoy, seorang penyidik berkebangsaan Bulgaria yang bereksperimen
dengan apa yang disebutnya sebagai “Suggestology” atau “Suggestopedia”.
Prinsip quantum learning adalah bahwa sugesti
dapat dan pasti mempengaruhi hasil situasi belajar, dan setiap detail
apapun memberikan sugesti positif maupun negatif. Quantum learning
mencakup aspek-aspek penting dalam program neurologistik (NLP), yaitu suatu
penelitian tentang bagaimana otak mengatur informasi. Quantum learning adalah
gabungan yang sangat seimbang antara bekerja dan bermain, antara rangsangan
internal dan eksternal, dan antara waktu yang dihabiskan di dalam zona yang
aman.
Beberapa Petunjuk Dalam Quantum Learning
a. Melihat sekilas
Sebelum
membaca, lihat materi bacaan secara sekilas pada malam sebelumnya, dan lihat
kembali catatan sebelum memulai pelajaran di sekolah atau melakukan presentasi.
b. “Inilah saatnya”
Manfaatkanlah
setiap waktu, jadikan semua subjek menarik dan bersikap kreatif.
c. Tempat belajar
Belajarlah
ditempat pada waktu yang teratur. Atur posisi yang baik dan gunakan pencahayaan
yang tepat.
d. Gunakan musik
e. Istirahat
f. Rencanakan sebelumnya
g. Berdiri dan duduk dengan tegak
h. Kegagalan adalah umpan balik
i.
Sikap.
B. PROBLEM BASED LEARNING
1. Definisi/Konsep Model Pembelajaran Berbasis
Masalah (Problem Based Learning)
Model pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah
model pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang
peserta didik untuk belajar. Dalam kelas yang menerapkan pembelajaran berbasis
masalah, peserta didik bekerja dalam tim untuk memecahkan masalah dunia nyata
(real world).
2. Kelebihan problem based learning
Dengan PBL akan terjadi pembelajaran bermakna. Peserta
didik/mahapeserta didik yang belajar memecahkan suatu masalah maka mereka akan
menerapkan pengetahuan yang dimilikinya atau berusaha mengetahui pengetahuan
yang diperlukan. Belajar dapat semakin bermakna dan dapat diperluas ketika
peserta didik/mahapeserta didik berhadapan dengan situasi di mana konsep
diterapkan.
Dalam situasi PBL, peserta
didik/mahapeserta didik mengintegrasikan pengetahuan dan ketrampilan secara
simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan PBL dapat
meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif peserta
didik/mahapeserta didik dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan
dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok.
3. Langkah-langkah Operasional dalam Proses
Pembelajaran
a. Pendefinisian Masalah (Defining the Problem)
Dalam langkah ini fasilitator
menyampaikan skenario atau permasalahan dan peserta didik melakukan berbagai
kegiatan brainstorming dan semua anggota kelompok mengungkapkan pendapat, ide,
dan tanggapan terhadap skenario secara bebas, sehingga dimungkinkan muncul berbagai
macam alternatif pendapat.
b. Pembelajaran Mandiri (Self Learning)
Peserta didik mencari berbagai sumber
yang dapat memperjelas isu yang sedang diinvestigasi. Sumber yang dimaksud
dapat dalam bentuk artikel tertulis yang tersimpan di perpustakaan, halaman
web, atau bahkan pakar dalam bidang yang relevan.
c. Tahap investigasi (investigation)
Tahap investigasi memiliki dua tujuan
utama, yaitu: (1) agar peserta didik mencari informasi dan mengembangkan
pemahaman yang relevan dengan permasalahan yang telah didiskusikan di kelas,
dan (2) informasi dikumpulkan dengan satu tujuan yaitu dipresentasikan di kelas
dan informasi tersebut haruslah relevan dan dapat dipahami.
d. Pertukaran Pengetahuan (Exchange knowledge)
Setelah mendapatkan sumber untuk
keperluan pendalaman materi dalam langkah pembelajaran mandiri, selanjutnya
pada pertemuan berikutnya peserta didik berdiskusi dalam kelompoknya untuk
mengklarifikasi capaiannya dan merumuskan solusi dari permasalahan kelompok.
Pertukaran pengetahuan ini dapat dilakukan dengan cara peserrta didik berkumpul
sesuai kelompok dan fasilitatornya.
e. Penilaian (Assessment)
Penilaian dilakukan dengan memadukan tiga
aspek pengetahuan (knowledge), kecakapan (skill), dan sikap (attitude).
Penilaian terhadap penguasaan pengetahuan yang mencakup seluruh kegiatan
pembelajaran yang dilakukan dengan ujian akhir semester (UAS), ujian tengah
semester (UTS), kuis, PR, dokumen, dan laporan.Penilaian terhadap kecakapan
dapat diukur dari penguasaan alat bantu pembelajaran, baik software, hardware,
maupun kemampuan perancangan dan pengujian.
Ibrahim dan Nur (2000: 13) dan Ismail (2000: 1) mengemukakan
bahwa langkah-langkah (sintaks) Pembelajaran Berbasis Masalah adalah sebagai
berikut.
Fase
|
Indikator
|
Tingkah Laku
Guru
|
1
|
Orientasi
siswa pada masalah
|
Menjelasakan
tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang diperlukan, dan memotivasi
siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah
|
2
|
Mengorganisasi
siswa untuk belajar
|
Membantu siswa
mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan
masalah tersebut
|
3
|
Membimbing
pengalaman individual/ kelompok
|
Mendorong
siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk
mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah
|
4
|
Mengembangkan
dan menyajikan hasil karya
|
Membantu siswa
dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan
membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya
|
5
|
Menganalisis
dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
|
Membantu siswa
untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan
proses yang mereka gunakan
|
C. BERORIENTASI AKTIVITAS SISWA
Filosofis tentang
pendidikan. Filosofis pendidikan berkaitan dengan hakikat pendidikan (interaksi
manusia, pengembangan dan pembimbingan potensi manusia, berlangsung sepanjang
hayat, kesesuaian dengan kemampuan dan tingkat perkembangan anak didik,
keseimbangan antara kebebasan subyek didik dan kewibawaa guru, peningkatan
kualitas hidup manusia) yang pada dasarnya mencakup semua potensi yang terdapat
pada anak didik.
a.
Siswa sebagai subjek
pendidikan. Asumsi ini menggambarkan bahwa anak didik bukanlah objek yang harus
diberikan informasi saja akan tetapisiswa memilki potensi dan proses
pembelajaran yang diarahkan untuk mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki.
b.
Asumsi bahwa guru
bertangunggjawab atas tercapainya hasil belajar anak didik,
mengajar dengan profesional, mempunyai kode etik, dan guru adalah sumber
belajar, organisator dalam belajar yang memungkinkan terjadinya kondisi yang
baik baik para siswa dalam belajar.
c.
Asumsi yang berkaitan
dengan proses pengajaran yaitu harus direncanakan dan dilaksanakan sebagai
suatu sistem, peristiwa belajr akan terjadi manakala terjadi interaksi antara
siswa dengan lingkungan yang sudah diatur oleh guru,metode yang tepat guna
mengakibatka keaktifan ziwa, pengajara memberi penekanan pada proses dan produk
secara seimbang, inti proses pembelajran adalah adanya keiatan belajar siswa
secara optimal.
Dalam
pandangan psikologi modern belajar menunut keterlibatan intelektual-emosional
siswa melaluiperistiwa mental dan proses berpengalaman dan ha tersebut
mengharuskan guru untuk mendesain proses belajar yang berorientasi pada siswa.
1. Konsep yang hadir dalam PBAS ada dua yaitu :
a. PBAS dipandang dari sisi proses pembelajaran menekankan pada
aktifitas siswa secara optiml yang menghendaki keseimbangan atara aktifitas
fisik, mental termasuk di dalamnya emosional dan aktifitas intelektual.
b. PBAS dipandang dari sisi hasil belajar menekankan pada
pembentukan siswa secara utuh yang bertujuan menciptakan keseimbangan aspek
kognitif, afektif dan psikomotorik siswa.
Jelaslah bahwa konsep dari PBAS itu sendiri berbeda dari yang proses pembelajaran yang biasa berlangsung, dengan kondisi proses pembelajaran yang biasa mengharuskan siswa untuk menghafal informasi yang didapat dari guru akan menghilangkan inti dan hakikat dari mata pelajaran yang disajikan. Proses pembelajaran yang lama tidak akan bisa diterapkan oleh siswa dengan potensi mereka yang berbeda-beda. PBAS merupakan salah satu inovasi dalam pendidikan yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas dari peserta didik dalam memahami lingkungan dan masyarakat.
Sedangkan tujuan dari PBAS yaitu :
a. Meningatkan kualitas pembelajaran agar lebih bermakna
b. Mengembangkan seluruh potensi yang ada
2. Peran Guru dalam Implementasi PBAS
Dalam proses pembelajaran sering terjadi kekeliruan tentang
tugas dan peran guru, ada yang beranggapan bahwa peran guru dalam PBAS
berkurang. Namun hal tersebut salah karena dalam PBAS guru dan siswa sama-sama
berperan secara penuh, perbedaannya hanya terletak pada tugas. Tugas guru dalam
PBAS adalah mengawasi dan mebimbing siswa karena antara guru dan siswa sama-sama
sebagai subyek belajar. PBAS menuntut guru agar lebih kreatif dan inofatif
dalam kegiatan pembelajaran serta menyesuakan karakteristik dan gaya
pembelajaran dengan siswa.
Tugas guru dalam hal ini sebagai berikut :
Tugas guru dalam hal ini sebagai berikut :
a. Mengemukakan berbagai alternatif tujuan pembelajaran yang harus
dicapai sebelum kegiatan pembelajaran dimulai
b. Menyususn tugas-tugas belajar bersama siswa
c. Memberikan informasi tentang kegiatan pembelajaran yang harus
dilakukan
d. Memberikan bantuan dan pelayanan kepada siswa yang memerlukan
e. Memotivasi, mendorong, membimbingsiswa dan lain sebagainya
melalui pengajuan pertanyaan-pertanyaan
f. Membantu siswa dalam menarik kesimpulan
g. penunjuk dan fasilitator siswa
3. Penerapan PBAS dalam proses pembelajaran
Dalam kegiatan belajar mengajar PBAS kadar yang harus
diperhatikan tidak hany aktifitas fisik saja, namun aktifitas non-fisik seperti
mental, intelektual dan emosional juga perlu diperhatikan. Guru tidak tahu
keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar karena hanya siswa yang
mengetahui hal tersebut. Salah satu hal yang dapat dilakukan dalam mengukur
kadar PBAS dalam suatu proses pembelajaran yaitu dengan melihat kriteria
penerapan PBAS dalam belajar mengajar. Kriteria-kriteria tersebut yaitu :
a. Kadar PBAS dilihat dari proses perencanaan (keterlibatan siswa dalam merumuskan tujuan pembelajran sesuai deng kemampuan dan kebutuhan siswa, menyusun rancangan pembelajaran, menentukan dan memilih sumber belajar yang diperlukan, meneukan dan mengadakan media pembelajaran yang akan digunakan).
b. Kadar PBAS dilihat dari proses pembelajaran (keterlibatan siswa
dalam kegiatan fisik, mental, emosional dan inteletual dalam proses
pembelajaran, siswa mampu belajar secara langsung, keinginan siswa untuk
menciptakan iklim belajar yang kondusif, keterlibatan siswa dalam mencari dan
memanfaatkan setiap sumber belajar yang tersedia, keterlibatan siswa dalam
melakukan prakarsa, terjadi interaksi yang multi-arah).
c. Kadar PBAS dilihat dari kegiatan evaluasi pembelajaran
(keterlibatan siswa untuk mengevaluasi sendiri hasil pembelajaran yang telah
dilakukannya, keterlibatan siswa secara mandiri untuk melaksanakan
kegiatan-kegiatan yang diajukan, kemauan siswa untuk menyusun laporan berkenaan
dengan hail belajar yang diperolehnya).
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan PBAS dapat dibagi
menjadi :
a.
Guru
Guru
merupakan ujung tombak yang sangat menentukan keberhasilan PBAS karena
berhadapan langsung dengan siswa melalui beberapa indikator yaitu :
1) Kemampuan guru dalam desain perencanaan pembelajaran
2) Kemampuan guru dalam proses pembelajaran
3) Kemampuan guru dalam mengembangkan model pembelajaran
Sikap
profesional guru
Guru
yang memiliki profesionalitas tinggi akan berusaha untuk menambah ilmu untuk
dapat membimbing siswanya. Seorang guru seharusnya mempunyai motivasi yang
tinggi untuk mencapai keberhasilan PBAS.
Latar
belakang pendidikan dan pengalaman mengajar guru
Dengan
latar belakang pendidikan yang tinggi memungkinkan siswa untuk dapat memperoleh
wawasan dan ilmu yang lebih luas. Dengan wawasan yang luas guru akan lebih
mengerti bagaimana psikologis anak, unsur lingkungan dan gaya belajar
siswa,model dan metode pembelajaran yang akan dipakai. Serta dengan pengalaman
yang tinggi pula seorang guru akan lebih megerti dan mengenal hal-hal yang
berkaitan dengn pembelajaran.
b. Sarana
belajar
Yang
termasuk dalam ketersediaan sarana belajar meliputi ruang kelas, media dan
sumber belajar. Ruang kelas seharusnya dibuatdan ditata dengan memperhatikan
kenyamanan siswa dalam kegiatan belajar mengajar,serta setting tempat duduk
diharapkan untuk bisa diubah-ubah sesuai dengan kegiatan belajar mengajar di
dalam kelas. Sedangkan untuk media dan sumber belajar dalam PBAS digunakan
sistemmultimetode dan multimedia. Siswa tidak hanya terpaku pada satu sumber
pembelajaran.
c. Lingkungan
belajar
Dua
hal yang termasuk dalam lingkungan belajar yaitu lingkungan fisik dan
lingkungan psikologis. Lingkungan fisik meliputi keadaan dan kondisi sekolah
serta keadaan dan jumlah guru. Sedangkan yang dimaksud dengan lingkungan
psikologis adalah iklim sosial yang ada di lingkungan sekolah. Semua pihak
harus ikut berperan aktif dalam pencapaian keberhasilan PBAS.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Quantum Teaching menciptakan lingkungan belajar yang efektif,
dengan cara menggunakan unsur yang ada pada siswa dan lingkungan belajarnya
melalui interaksi yang terjadi di dalam kelas.
Model pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah
model pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang
peserta didik untuk belajar. Dalam kelas yang menerapkan pembelajaran berbasis
masalah, peserta didik bekerja dalam tim untuk memecahkan masalah dunia nyata
(real world).
PBAS merupakan salah satu inovasi dalam pendidikan yang
diharapkan dapat meningkatkan kualitas dari peserta didik dalam memahami
lingkungan dan masyarakat
DAFTAR PUSTAKA
DePorter, Bobbi dan Mike Hernacki.
1999. Quantum Learning: Membiasakan
Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Bandung: KAIFA.
http://didik45.wordpress.com/strategi-pembelajaran/strategi-pembelajaran-quantum-teaching-dan-quantum-learning/
diakses pada tanggal 1-12-2014 pukul 9:45
[1]
DePorter, Bobbi dan Mike Hernacki. 1999. Quantum
Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Bandung: KAIFA
0 komentar:
Posting Komentar