Sabtu, 26 Januari 2013
(Urat Tana Urat Desa) Mars Maronge - from Sumbawa Besar
Diposting oleh Unknown di 21.53 Label: VideoMinggu, 13 Januari 2013
Ini hanyalah mimpiku
Tak lebih dari sebuah mimpi
Dan memang akan hanya sekedar menjadi mimpi
Namun aku sangat bahagia
Karena mimpi itu membuatku hidup
Selalu membuat senyuman diwajah dan langkahku
Meskipun kusadari mimpi bukanlah nyata
tapi setidaknya aku mampu tersenyum dalam perih ini
Karena memang ku akui hidup ini berwal dari mimpi
walau tangis juga kan datang menghapusnya
Ini hanyalah diriku
Tak lebih dari seorang diriku
Dan memang kuingin hanya menjadi diriku
Namun aku takkan menyangkal
Mungkin bila nanti aku harus berubah
Ku ingin mimpiku menemani arahku
Aku yakin bila memang tak ada yang abdi
Seperti juga nafas ini tak kan bertahan berhembus
Dan Bila nanti telah hilang aku terkubur mati
Izinkan ku kisahkan mimpiku selama ini
"Kamulah Mimpi dan Cintaku"
Tak lebih dari sebuah mimpi
Dan memang akan hanya sekedar menjadi mimpi
Namun aku sangat bahagia
Karena mimpi itu membuatku hidup
Selalu membuat senyuman diwajah dan langkahku
Meskipun kusadari mimpi bukanlah nyata
tapi setidaknya aku mampu tersenyum dalam perih ini
Karena memang ku akui hidup ini berwal dari mimpi
walau tangis juga kan datang menghapusnya
Ini hanyalah diriku
Tak lebih dari seorang diriku
Dan memang kuingin hanya menjadi diriku
Namun aku takkan menyangkal
Mungkin bila nanti aku harus berubah
Ku ingin mimpiku menemani arahku
Aku yakin bila memang tak ada yang abdi
Seperti juga nafas ini tak kan bertahan berhembus
Dan Bila nanti telah hilang aku terkubur mati
Izinkan ku kisahkan mimpiku selama ini
"Kamulah Mimpi dan Cintaku"
Kamis, 10 Januari 2013
Analisis Kritis Masalah Tawuran Pelajar di Tinjau Dari Filsafat
Diposting oleh Unknown di 09.37 Label: Artikel Makalah
oleh : Wawan Firmana
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Tawuran pelajar.
Kata-kata ini sudah ada sejak dulu kala hingga kini. Bila kita melihat atau
memperhatikan di berita-berita media elektronik atau media cetak baru-baru ini
ataupun secara langsung dilingkungan sekitar kita lebih khususnya di wilayah
perkotaan. Tentu kita akan mendapati sebuah berita atau fenomena yang dapat
dikatakan klasik tentang perkelahian remaja sekolah yang melibatkan banyak
remaja yaitu tawuran pelajar. Mengapa saya katakan klasik karena peristiwa
tersebut sudah kerap sekali terjadi. Dari perkelahian tersebut banyak memakan
korban baik luka ringan sampai pada kematian. Akibat dari hal tersebut sudah
tentu sangat menghawatirkan segenap lapisan masyarakat bahkan sampai ke tingkat
yang lebih tinggi, mengancam masa depan bangsa dan Negara Indonesia
karena menyangkut masa depan generasi muda yang moralnya kian merosot.
Berangkat dari fenomena
tawuran pelajar tersebut maka saya mencoba mengangkat dalam bentuk makalah ini
yang saya beri judul Makalah Filsafat Sebagai Solusi Masalah Kehidupan
(Analisis Kritis Masalah Tawuran Pelajar) Filsafat sebagaimana kita ketahui
adalah Ilmu yang mengedepankan pemikiran yang mendalam dalam setiap sendi
kehidupan sehingga diharapkan Filsafat mampu menyelesaikan berbagai masalah
sosial khususnya dalam mengatasi perkelahian atau tawuran pelajar yang sering
terjadi di Indonesia pada umumnya.
B. TUJUAN
Makalah ini bertujuan
sebagai bahan referensi alternatif dan belajar dalam menanggapi masalah
perkelahian remaja atau tawuran pelajar yang kerap terjadi sehingga kita mampu
mengurai berbagai sebab-sebab terjadinya dan sama-sama mencarikan solusi yang
terbaik yang dikaitkan dengan belajar Filsafat.
BAB II PEMBAHASAN
A. Landasan
Teori
1. Pengertian
Filsafat
Filsafat adalah pandangan
hidup seseorang atau sekelompok orang yang merupakan konsep dasar mcngenai
kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat juga diartikan sebagai suatu sikap
seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu secara mendalam
dan ingin melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan segala
hubungan.
Disamping itu,
Filsafat adalah studi tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran
manusia secara kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar. Filsafat tidak
didalami dengan melakukan eksperimen-eksperimen dan percobaan-percobaan, tetapi
dengan mengutarakan masalah secara persis, mencari solusi untuk itu, memberikan
argumentasi dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu. Akhir dari
proses-proses itu dimasukkan ke dalam sebuah proses dialektika. Untuk studi
filsafat, mutlak diperlukan logika berpikir dan logika bahasa.
a. Ciri-Ciri
Berfikir Menggunakan Filsafat :
1. Berfikir
dengan menggunakan disiplin berpikir yang tinggi ( logis).
2. Berfikir
secara sistematis.
3. Menyusun
suatu skema konsepsi dalam mencari solusi (radikal), dan
4. Menyeluruh
(universal).
b. Manfaat
filsafat dalam kehidupan adalah :
1. Sebagai
dasar dalam bertindak.
2. Sebagai
dasar dalam mengambil keputusan.
3. Untuk
mengurangi salah paham dan konflik.
4. Untuk
bersiap siaga menghadapi situasi dunia yang selalu berubah.
2. Pengertian
Tawuran Pelajar
Satuan Tugas Perlindungan
Anak menilai tawuran merupakan ekspresi kekerasan pelajar. Ekspresi ini dapat
disebabkan beberapa faktor, seperti lemahnya pengasuhan dan ketahanan keluarga,
misalnya pendidikan yang tidak ramah anak, yang tak berorientasi pada
pengetahuan. Juga karena lingkungan yang anarkistis dan mempertontonkan
kekerasan.
Perkelahian, atau yang
sering disebut tawuran, sering terjadi di antara pelajar. Bahkan bukan “hanya”
antar pelajar SMU, tapi juga sudah melanda sampai ke kampus-kampus. Ada yang
mengatakan bahwa berkelahi adalah hal yang wajar pada remaja. Di kota-kota
besar seperti Jakarta, Surabaya, dan Medan, tawuran ini sering terjadi.
B. Dinamika
Masalah Tawuran Pelajar
Data di Jakarta misalnya
(Bimmas Polri Metro Jaya), tahun 1992 tercatat 157 kasus perkelahian pelajar.
Tahun 1994 meningkat menjadi 183 kasus dengan menewaskan 10 pelajar, tahun 1995
terdapat 194 kasus dengan korban meninggal 13 pelajar dan 2 anggota masyarakat
lain. Tahun 1998 ada 230 kasus yang menewaskan 15 pelajar serta 2 anggota
Polri, dan tahun berikutnya korban meningkat dengan 37 korban tewas. Terlihat
dari tahun ke tahun jumlah perkelahian dan korban cenderung meningkat. Bahkan
sering tercatat dalam satu hari terdapat sampai tiga perkelahian di tiga tempat
sekaligus.
Penyebab tawuran antar
pelajar ini pada umumnya adalah adanya sejarah turun-temurun
tawuran antar sekolah. Di jakarta pada periode 1980-an, SMA 7 Gambir,
Jakarta, terlibat konflik dengan STM Boedi Oetomo Pejambon, semenjak itu sering
terjadi tawuran antar sekolah ini. Kemudian, pada awal tahun 1990-an, SMA 7
dipindahkan ke wilayah Karet Pejompongan untuk memutus tawuran dengan STM Boedi
Oetomo. Kasus yang sama banyak terjadi di berbagai kota di Indonesia.
Namun masih banyak yang tanpa penyelesaian sehingga tawuran terus terjadi.
Menurut data Komnas
Perlindungan Anak yang terbaru tahun 2012, jumlah tawuran pelajar tahun
ini sebanyak 339 kasus dan memakan korban jiwa 82 orang. Tahun sebelumnya,
jumlah tawuran antar-pelajar sebanyak 128 kasus. Kasus terakhir aksi
tawuran antarpelajar SMAN 70 dan SMAN 6 yang menewaskan Alawi (15 tahun) serta
dua anak yang luka berat yang belum diketahui identitasnya.
Pandangan umum masyarakat
terhadap penyebab tawuran pelajar sering dituduhkan, pelajar yang berkelahi
berasal dari Sekolah Kejuruan, berasal dari keluarga dengan ekonomi yang lemah.
Data di Jakarta tidak mendukung hal ini. Dari 275 sekolah yang sering terlibat
perkelahian, 77 di antaranya adalah Sekolah Menengah Umum. Begitu juga dari
tingkat ekonominya, yang menunjukkan ada sebagian pelajar yang sering berkelahi
berasal dari keluarga mampu secara ekonomi. Tuduhan lain juga sering
dialamatkan ke sekolah yang dirasa kurang memberikan pendidikan agama dan moral
yang baik. Begitu juga pada keluarga yang dikatakan kurang harmonis dan sering
tidak berada di rumah.
Padahal penyebab
perkelahian pelajar tidaklah sesederhana itu. Terutama di kota besar,
masalahnya sedemikian kompleks, meliputi faktor sosiologis, budaya, psikologis,
juga kebijakan pendidikan dalam arti luas (kurikulum yang padat misalnya),
serta kebijakan publik lainnya seperti angkutan umum dan tata kota.
C. Penyebab
Perkelahian/Tawuran Pelajar
Secara psikologis,
perkelahian yang melibatkan pelajar usia remaja digolongkan sebagai salah satu
bentuk kenakalan remaja (juvenile deliquency). Kenakalan remaja,
dalam hal perkelahian, dapat digolongkan ke dalam 2 jenis delikuensi yaitu:
1. Delikuensi
situasional, perkelahian terjadi karena adanya situasi yang “mengharuskan”
mereka untuk berkelahi. Keharusan itu biasanya muncul akibat adanya kebutuhan untuk
memecahkan masalah secara cepat.
2.
Delikuensi sistematik, para remaja yang terlibat perkelahian itu berada di
dalam suatu organisasi tertentu atau geng. Di sini ada aturan, norma dan
kebiasaan tertentu yang harus diikuti angotanya, termasuk berkelahi. Sebagai
anggota, mereka bangga kalau dapat melakukan apa yang diharapkan oleh
kelompoknya.
D. Faktor-Faktor
Penyebab Tawuran Pelajar
Dalam pandangan
psikologi, setiap perilaku merupakan interaksi antara kecenderungan di dalam
diri individu (sering disebut kepribadian, walau tidak selalu tepat) dan
kondisi eksternal. Begitu pula dalam hal perkelahian pelajar. Bila dijabarkan,
terdapat sedikitnya 4 faktor psikologis mengapa seorang remaja terlibat
perkelahian pelajar.
1. Faktor
internal.
Remaja yang terlibat
perkelahian biasanya kurang mampu melakukan adaptasi pada situasi lingkungan
yang kompleks. Kompleks di sini berarti adanya keanekaragaman pandangan,
budaya, tingkat ekonomi, dan semua rangsang dari lingkungan yang makin lama
makin beragam dan banyak.
Situasi ini biasanya menimbulkan
tekanan pada setiap orang. Tapi pada remaja yang terlibat perkelahian, mereka
kurang mampu untuk mengatasi, apalagi memanfaatkan situasi itu untuk
pengembangan dirinya. Mereka biasanya mudah putus asa, cepat melarikan diri
dari masalah, menyalahkan orang/pihak lain pada setiap masalahnya, dan memilih
menggunakan cara tersingkat untuk memecahkan masalah. Pada remaja yang sering
berkelahi, ditemukan bahwa mereka mengalami konflik batin, mudah frustrasi,
memiliki emosi yang labil, tidak peka terhadap perasaan orang lain, dan
memiliki perasaan rendah diri yang kuat. Mereka biasanya sangat membutuhkan
pengakuan.
2. Faktor
keluarga.
Rumah tangga yang
dipenuhi kekerasan (entah antar orang tua atau pada anaknya) jelas berdampak
pada anak. Anak, ketika meningkat remaja, belajar bahwa kekerasan adalah bagian
dari dirinya, sehingga adalah hal yang wajar kalau ia melakukan kekerasan pula.
Sebaliknya, orang tua yang terlalu melindungi anaknya, ketika remaja akan
tumbuh sebagai individu yang tidak mandiri dan tidak berani mengembangkan
identitasnya yang unik. Begitu bergabung dengan teman-temannya, ia akan
menyerahkan dirinya secara total terhadap kelompoknya sebagai bagian dari
identitas yang dibangunnya.
3. Faktor
sekolah.
Sekolah pertama-tama bukan
dipandang sebagai lembaga yang harus mendidik siswanya menjadi sesuatu. Tetapi
sekolah terlebih dahulu harus dinilai dari kualitas pengajarannya. Karena itu,
lingkungan sekolah yang tidak merangsang siswanya untuk belajar (misalnya
suasana kelas yang monoton, peraturan yang tidak relevan dengan pengajaran,
tidak adanya fasilitas praktikum, dsb.) akan menyebabkan siswa lebih senang
melakukan kegiatan di luar sekolah bersama teman-temannya. Baru setelah itu
masalah pendidikan, di mana guru jelas memainkan peranan paling penting.
Sayangnya guru lebih berperan sebagai penghukum dan pelaksana aturan, serta
sebagai tokoh otoriter yang sebenarnya juga menggunakan cara kekerasan (walau
dalam bentuk berbeda) dalam “mendidik” siswanya.
4. Faktor
lingkungan.
Lingkungan di antara
rumah dan sekolah yang sehari-hari remaja alami, juga membawa dampak terhadap
munculnya perkelahian. Misalnya lingkungan rumah yang sempit dan kumuh, dan
anggota lingkungan yang berperilaku buruk (misalnya narkoba). Begitu pula sarana
transportasi umum yang sering menomor-sekiankan pelajar. Juga lingkungan kota
(bisa negara) yang penuh kekerasan. Semuanya itu dapat merangsang remaja untuk
belajar sesuatu dari lingkungannya, dan kemudian reaksi emosional yang
berkembang mendukung untuk munculnya perilaku berkelahi.
E. Dampak
Perkelahian/Tawuran Pelajar
Jelas bahwa tawuran
pelajar ini merugikan banyak pihak. Paling tidak ada empat kategori dampak
negatif dari perkelahian pelajar, yaitu:
Pertama, pelajar (dan
keluarganya) yang terlibat perkelahian sendiri jelas mengalami dampak negatif
pertama bila mengalami cedera atau bahkan tewas.
Kedua, rusaknya fasilitas
umum seperti bus, halte dan fasilitas lainnya, serta fasilitas pribadi seperti
kaca toko dan kendaraan.
Ketiga, terganggunya
proses belajar di sekolah. Terakhir, mungkin adalah yang paling dikhawatirkan
para pendidik, adalah berkurangnya penghargaan siswa terhadap toleransi,
perdamaian dan nilai-nilai hidup orang lain.
Para pelajar itu belajar
bahwa kekerasan adalah cara yang paling efektif untuk memecahkan masalah
mereka, dan karenanya memilih untuk melakukan apa saja agar tujuannya tercapai.
Akibat yang terakhir ini jelas memiliki konsekuensi jangka panjang terhadap
kelangsungan hidup bermasyarakat di Indonesia.
F. Hubungan
Tawuran Pelajar dengan Belajar Filsafat
Dari uraian masalah
sosial tawuran pelajar diatas saya mencoba menghubung-kannya dengan belajar
Filsafat. Dalam hal ini Ilmu Filsafat dapat digunakan untuk mencegah terjadinya
masalah sosial yaitu setiap pihak harus berfikir secara menyeluruh dan mendalam
tentang penyebab-penyebab serta faktor-faktor yang dapat menimbulkan masalah
sosial dalam hal ini tentang tawuran pelajar yang kerap terjadi dalam
masyarakat Indonesia terutama di lingkungan perkotaan.
Dari pengertian Filsafat
dapat digunakan sebagai ilmu, Filsafat digunakan sebagai cara berfikir serta
Filsafat sebagai pandangan hidup maka tentu akar permasalahan perkelahian atau
tawuran pelajar tersebut seharusnya dapat dicegah mulai dari diri sendiri,
mulai dari yang kecil dan mulai saat ini sehingga masalah tawuran pelajar ini
tidak akan terjadi lagi.
Didalam Filsafat juga
terdapat Filsafat Pendidikan adalah upaya mengembangkan potensi-potensi
manusiawi peserta didik baik potensi fisik potensi cipta, rasa, maupun
karsanya, agar potensi itu menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan
hidupnya. Dasar pendidikan adalah cita-cita kemanusiaan universal. Pendidikan
bertujuan menyiapkan pribadi dalam keseimbangan, kesatuan. organis, harmonis,
dinamis. guna mencapai tujuan hidup kemanusiaan. Filsafat pendidikan adalah
filsafat yang digunakan dalam studi mengenai masalah-masalah pendidikan. Dengan
demikian jelas sudah Filsafat ada hubungannya dengan masalah tawuran pelajar
karena tawuran pelajar itu sendiri berasal dari dunia pendidikan yang notabene
juga mempunyai filsafat tersendiri.
G. Solusi
Mengatasi Tawuran Pelajar
Dari pelbagai uraian
masalah tawuran pelajar diatas maka tugas Filsafat yaitu mencari penyelesaiannya
dengan berfikir secara mendalam, sistematis, dan universal tentang sebab-sebab,
faktor-faktor yang menimbulkan masalah sosial Tawuran Pelajar. sehingga dapat
menghasilkan solusi yang tepat dan juga cermat. Berikut diantaranya solusi
mengatasi masalah perkelahian atau tawuran pelajar.
1. Membuat
Peraturan Sekolah Yang Tegas
Bagi siswa siswi yang
terlibat dalam tawuran akan dikeluarkan dari sekolah. Jika semua siswa terlibat
tawuran maka sekolah akan memberhenti-kan semua siswa dan melakukan penerimaan
siswa baru dan pindahan. Setiap pelajar siswa-siswi harus dibuat takut dengan
berbagai hukuman yang akan diterima jika ikut serta dalam aksi tawuran. Bagi
yang membawa senjata tajam dan senjata khas tawuran lainnya juga harus diberi
sanksi.
2. Memberikan
Pendidikan Anti Tawuran
Pelajar diberikan
pemahaman tentang tata cara menghancurkan akar-akan penyebab tawuran dengan
melakukan tindakan-tindakan tanpa kekerasan jika terjadi suatu hal, selalu
berperilaku sopan dan melaporkan rencana pelajar-pelajar badung yang
merencanakan penyerangan terhadap pelajar sekolah lain
3. Memisahkan
Pelajar Berotak Kriminal dari Yang Lain.
Setiap manusia memiliki
sifat bawaan masing-masing. Ada yang baik, yang sedang dan ada yang kriminil.
Daripada menularkan sifat jahatnya kepada siswa yang lain lebih baik
diidentifikasi dari awal dan dilakukan bimbingan konseling tingkat tinggi untuk
menghilangkan sifat-sifat jahat dari diri siswa tersebut. Jika tidak bisa dan
tetap berpotensi tinggi membahayakan yang lain segera keluarkan dari sekolah.
4. Kolaborasi
Belajar Bersama Antar Sekolah
Selama ini belajar di
sekolah hanya di situ-situ saja sehingga tidak saling kenal mengenal antar
pelajar sekolah yang satu dengan yang lainnya. Seharusnya ada kegiatan belajar
gabungan antar sekolah yang berdekatan secara lokasi dan memiliki kecenderungan
untuk terjadi tawuran pelajar. Dengan saling kenal mengenal karena sering
bertemu dan berinteraksi maka jika terjadi masalah tidak akan lari ke tawuran
pelajar, namun diselesaikan dengan cara baik-baik.
5. Mengadakan
Program Ekstrakurikuler yang melibatkan berbagai sekolah
Pihak sekolah bisa
mewajibkan semua siswanya untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler sesuai minat
siswa-siswa di tiap sekolah. Misalnya rutin mengadakan pertandingan olahraga
tahunan antar masing-masing sekolah. Seminar antar sekolah, pecinta alam,
pramuka dan school meeting yang melibatkan banyak siswa antar sekolah yang
sering terlibat tawuran.
6. Upaya
Damai semua pihak yang terlibat tawuran
Upaya lain yang bisa
dilakukan adalah sekolah-sekolah yang bertikai melakukan perdamaian dengan
mengadakan “jalan sehat damai bersama” dengan menyertakan keluarga
masing-masing dengan melibatkan pihak pemerintah, tokoh masyarakat,
sponsor dan sebagainya. Acara-acara seperti itu juga bisa diisi dengan
lomba-lomba yang menyenangkan dan diagendakan setiap tahun. masing-masing pihak
sekolah dengan bantuan tokoh masyarakat sekitar memediasi siswa antar sekolah
melakukan perdamaian dengan rutin mengadakan pertandingan olahraga
tahunan antar masing-masing sekolah.
7. Peran
Aktiv Pemerintah Dalam Hal Ini Dinas Pendidikan
Langkah preventif yang
harus dilakukan Dinas Pendidikan adalah melakukan penyelidikan dan evaluasi ke
setiap sekolah-sekolah. Sekolah -sekolah yang ada dendam dan sering tawuran
dilakukan mediasi dengan bantuan tokoh masyarakat setempat. Begitu juga
dengan pihak sekolah terkait, bila ada isu-isu pelajar sekolahnya berkonflik
dengan sekolah lain harus segera dilakukan upaya damai, jangan lagi dibiarkan.
Pihak Dinas pendidikan
juga bisa memasukkan sekolah-sekolah yang sering tawuran ke buku hitam, jika
dalam jangka waktu tertentu masih saja tawuran, maka sekolah-sekolah tersebut
ditutup. Bagi pihak sekolah yang terlibat bisa membuat peraturan bagi yang
terlibat tawuran dikeluarkan dari sekolah dan siswa yang bersangkutan tidak
boleh lagi melanjutkan sekolah di kota tersebut baik di negeri maupun swasta.
Peraturan yang memang “kurang adil” ini harus didukung untuk memutus rantai
tawuran.
8. Mendampingi
para pelaku yang terlibat perkelahian atau tawuran pelajar.
Mulai dari orang tua,
masyarakat, tokoh-tokoh masyarakat, pemuka agama, pihak sekolah guru dan para
siswa, pemerintah dalam hal ini harus membuat kebijakan yang tepat dalam
mendampingi pelaku tawuran pelajar. jangan membiarkan pelaku tawuran semakin
menjadi-jadi dan tidak dihiraukan. Oleh sebab itu dibutuhkan lembaga atau
tenaga sukarela yang bersedia membimbing para pelaku tawuran pelajar sehingga
diharapkan berubah dan menjadi giat menuntut ilmu lagi.
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari berbagai uraian
diatas maka saya dapat menyimpulkan bahwa kita harus menerapkan filsafat untuk
mencari penyelesaian yang tepat dan juga cermat secara sistematis dan
universal. Tidak hanya melihat sisi yang biasa terlihat tetapi menggali semua
faktor-faktor penyebab tawuran tersebut. Sehingga kita bisa memberikan solusi
atau pemecahan masalah yang terbaik supaya tawuran ini tidak terjadi lagi.
Intinya semua masalah harus diselesaikan dengan cara memikirkan secara mendalam
sampai kepada akar-akar permasalahannya sehingga dapat dibenahi.
Dalam penyelesaiannya pun
harus melibatkan semua komponen, baik dari pemerintah, lapisan masyarakat,
maupun orang tua dan pihak sekolah yang terlibat. Karena tawuran sendiri dipicu
oleh ketidakmampuan orang dewasa memahami dunia anak, energi yang tidak
tersalurkan dengan baik, dan fasilitas yang terbatas. Kemudian tekanan sistem
pendidikan yang membuat anak stres, pengaruh kelompok atau pergaulan, juga
pendapat dan suara anak yang tidak didengarkan. Serta kurangnya penghargaan
terhadap anak dan pemanfaatan waktu luang, Untuk mengurangi ekspresi kekerasan
ini, sudah semestinya semua kita segera berbenah menjadi pribadi yang baik dan
juga selalu mengajarkan pada kebaikan dan mencegah kerusakan.
B. Saran
Pemerintah dalam hal ini
Dinas Pendidikan harus memberikan bimbingan yang berkelanjutan pada pelaku
tawuran. Misalnya mendirikan lembaga khusus atau tenaga perorngan atau kelompok
yang difasilitasi oleh pemerintah yang bekerjasama dengan sekolah terlebih kepada
orang tua dalam upaya mengembalikan pelaku-pelaku tawuran agar tetap semangat
belajar sendiri sehingga tetap mampu mandiri.dan berubah menjadi lebih baik.
Jangan dibiarkan begitu saja para pelaku tawuran karena mereka merupakan
generasi penerus. Bila moral mereka semakin memburuk tentu akan lebih
menyusahkan dikemudian hari.
Terakhir bagi orang
tua yang akan menyekolahkan anaknya carilah informasi mengenai sekolah yang
akan dimasuki, jika sekolah tersebut punya latar belakang tawuran antar sekolah
dan masih berlanjut, sebaiknya hindari memasukkan anak ke sekolah tersebut.
Carilah sekolah yang tidak bermasalah. Orangtua juga musti mengawasi pergaulan
sang anak baik dilingkungan tempat tinggal maupun sekolahnya.
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi Asmoro,2001,Filsafat
Umum,Jakarta:Rajawali Pers
Wikipedia.org
Blog Sander Diki
Zulkarnaen, M.Psi.blogger.com
TEMPO.COM
Sejarah Peradaban Islam Pada Masa Dinasti Mamluk
Diposting oleh Unknown di 09.03 Label: Artikel Makalah
Oleh: Wawan Firmana
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam sejarah peradaban Islam setelah masa
pemerintahan khulafour-rasidin Islam terbagi menjadi dinasti-dinasti yang terus
berkembang pesat dan membawa pengaruh kepada peradaban dunia. Salah
satunya yang dikenal dengan nama Dinasti Mamluk. Dinasti Mamluk sendiri
merupakan dinasti pada masa keemasan Islam yang mampu mempengaruhi peradaban
dunia.Berangkat dari hal tersebut kami mencoba menguraikan hal-hal yang
berkaitan dengan Dinasti Mamluk sehingga menjadi pengetahuan bagi kita semua
guna mengambil pelajaran sejarah pada masa itu.
Di dalam sejarah peradaban Islam, tentang
Dinasti Mamluk ini sangatlah penting kerana sejarahnya bermula di abad
pertengahan. Kepentingan pembahasan mengenai abad pertengahan ini (abad ke 7
hingga ke 11H / abad ke 13 hingga ke 17 M ) adalah kerana era ini merupakan
masa perbentukan salah satu sistem politik dalam Islam. Terjadi juga di era ini
penerapan pemikiran –pemikiran di bidang sosial dan politik yang lahir sejak
zaman dinasti-dinasti besar iaitu Bani Umayyah dan Bani Abbas, dan
kesultanan-kesultanan lainnya di dunia Islam
bahagian barat dan timur.
B. Tujuan
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata
kuliah Sejarah Peradaban Islam. Selain itu makalah ini juga bertujuan sebagai
sarana untuk menambah pengetahuan mahasiswa khususnya dalam memahami Sejarah
Peradaban Islam.
BAB II PEMBAHASAN
A. Asal Usul Dinasti
Mamluk
Kata “mamluk” adalah bentuk tunggal dari kata
“mamalik” yang berarti budak.Dinasti Mamluk sendiri memang didirikan oleh para
budak.Pada awalnya mereka adalah orang-orang yang direkrut oleh penguasa
dinasti Ayyubiyah sebagai budak, kemudian dididik dan dijadikan
tentaranya.Mereka ditempatkan pada kelompok tersendiri yang terpisah dari
masyarakat.Oleh penguasa Ayyubiyah yang terakhir, yaitu al-Malik as-Salih, mereka
dijadikan pengawal untuk menjamin kelangsungan kekuasaannya.Pada masa penguasa
ini, mereka mendapat hak-hak istimewa, baik dalam karier ketentaraan maupun
dalam imbalan-imbalan material. Mereka terdiri dari dua kelompok yaitu Mamluk
Bahri dan Mamluk Buruj atau Burji yang datang kemudian.Dinamakan Mamluk Bahri
karena tempat tinggal mereka di Pulau ar-Raudah yang terletak di laut Arab,
bahr bentangan delta sungai Nil.Sementara dinamakan Mamluk Burji karena mereka
menempati benteng-benteng Arab, burj di Kairo. Kaum Bahri berasal dari Qipchaq,
Rusia Selatan, yang berdarah campuran antara Mongol dan Kurdi, sedangkan Burji
adalah orang-orang Circassia dari Caucasus. Dalam pada itu, peta pemerintahan
dinasti Mamluk dalam perjalanannya kemudian banyak dikatakan oleh para
sejarawan sebagai bentuk penguasaan yang carut marut karena terbagi menjadi dua
kekuasaan besar.
Cikal bakal dinasti ini berawal dari seorang
mantan budak bernama Syajar ad-Durr, yang kemudian dijadikan sebagai istri oleh
al-Malik as-Salih (1249 M) sebagai penguasa dinasti Ayyubiyah. Setelah al-Malik
as-Salih wafat, berbagai informasi mengatakan bahwa Syajar ad-Durr kemudian
menyandang gelar “sultanah” atau berkedudukan sebagai sultan perempuan selama
hampir delapan puluh hari. Pada masa itu ia juga tercatat sebagai satu-satunya
penguasa wanita muslim di kawasan Afrika Utara dan Asia Barat, namanya juga
diabadikan dalam kepingan mata uang dan disebutkan pada setiap sholat Jum’at.
Ia memutuskan untuk menikah lagi dengan Izzuddin Aybak, Sultan Mamluk pertama
(1250-1257 M) yang kemudian justru terbunuh oleh Syajar al-Durr sendiri.Hal ini
merupakan awal fondasi kekuasaan dinasti Mamluk.
B. Wilayah
Kekuasaan Dinasti Mamluk
Dinasti Mamluk yang berkuasa pada masa ini
disebut Bahri.Mereka kebanyakan berasal dari keluarga Turk dan Mongol. Mereka
memerintah Mesir dan Suriah, dan kadangkala Jazirah Arab, hingga tahun 1382
M.Ketika Mongol menyerbu Suriah pada tahun 1260 M, pasukan Mamluk berhasil
mengalahkan mereka di Ain Jalut, dan mendesak pasukan Mongol mundur kembali ke
Persia. Inilah pertama kalinya pasukan Mongol dikalahkan dalam suatu
pertempuran besar.Pemimpin Mamluk dalam pertempuran tersebut, Baibars, kemudian
menjadi sultan Mamluk seusai pertempuran.
Baibars dan pasukan Mamluknya mengalahkan
pasukan Salib terakhir pada tahun 1263 M. Ketika itu terjadi pertempuran besar
di Antiokhia, dan pada akhirnya 16000 tentara Kristen terbunuh sedangkan ribuan
penduduk Antiokhia dijadikan budak.
C. Karya-karya pada
Dinasti Mamluk
a. Bidang
Ekonomi
Dalam bidang ekonomi, dinasti Mamluk membuka
hubungan dagang dengan Perancis dan Itali melalui perluasan jalur perdagangan
yang sudah dirintis oleh dinasti Fatimiyyah di Mesir sebelumnya.
Disamping itu, hasil pertanian juga meningkat.
Keberhasilan dalam bidang ekonomi ini didukung oleh pembangunan jaringan
pengangkutan dan komunikasi antara kota, baik laut mahupun darat. Keteguhan
angkatan laut Mamalik sangat membantu pengembangan ekonominya.
b. Pembangunan
Dinasti Mamalik juga banyak mengalami kemajuan
di bidang pembangunan.Banyak juru bina dibawa ke Mesir untuk membangunkan
sekolah-sekolah dan masjid-masjid yang indah.Bangunan-bangunan lain yang
didirikan pada masa ini di antaranya adalah, hospital, musium, perpustakaan,
villa-villa, kubah, dan menara masjid.
c. Ilmu
Pengetahuan
Di dalam ilmu pengetahuan, Mesir menjadi tempat
pelarian ilmuan-ilmuan asal Baghdad dari serangan tentera Mongol. Karena itu,
ilmu-ilmu banyak berkembang di Mesir, seperti sejarah, perubatan,
astronomi, matematik, dan il-mu agama. Dalam ilmu sejarah
tercatat nama-nama besar, seperti Ibn Khalikan, Ibn Taghribardi, dan Ibn
Khaldun. Di bidang astronomi dikenal nama Nasir Al-Din Al-tusi. Di bidang
perubatan pula, Abu Hasan `Ali Al-Nafis. Sedangkan, dalam bidang ilmu
keagamaan, tersohor nama Ibn Taimiyah, Al-Sayuthi, dan Ibn Hajar Al-`Asqalani.
d. Militer
Pemerintahan dinasti ini dilantik dari
pengaruhnya dalam ketenteraan. Para Mamluk yang dididik haruslah dengan
tujuan untuk menjadi pasukan pendukung kebijaksanaan pemimpin. Ketua Negara
atau sultan akan diangkat di antara pemimpin tentera yang terbaik, yang paling
berprestasi, dan mempunyai kemampuan untuk menghimpun kekuatan. Walaupun mereka
adalah pendatang di wilayah Mesir, mereka berhasil menciptakan ikatan yang kuat
berdasarkan daerah asal mereka.
Dinasti Mamalik juga menghasilkan buku mengenai
ilmu ketenteraan.Minat para penulis semakin terpacu dengan keinginan mereka
untuk mempersembahkan sebuah karya kepada kepada para sultan yang menjadi
penguasa saat itu.Perbahasan yang sering dibahas adalah mengenai selok-belok
yang berkaitan dengan serangan bangsa Mongol.Pada lingkungan ketenteraan
Dinasti ini, menghasilkan banyak karya tentang ketenteraan, khususnya keahlian
menunggang kuda.
e. Budaya
Politik
Daulah Mamalik atau Dinasti Mamluk membawa
warna baru dalam sejarah politik Islam.Pemerintahan dinasti ini bersifat
oligarki militer, kecuali dalam waktu yang singkat ketika Qalawun(1280-1290
M) menerapkan pergantian sultan secara turun temurun. Anak Qalawun berkuasa
hanya empat tahun, karena kekuasaannya direbut oleh Kitbugha (1295- 1297
M). Sistem pemerintahan oligarki ini banyak mendatangkan kemajuan di Mesir.
Kedudukan amir menjadi sangat penting.Para amir berkompetisi dalam prestasi,
karena mereka merupakan kandidat sultan. Kemajuan-kemajuan itu dicapai dalam
bebagai bidang, seperti konsolidasi pemerintahan, perekonomian, dan ilmu
pengetahuan.
D. Sistem Pemerintahan
Bentuk pemerintahan oligarki militer adalah
suatu bentuk pemerintahan yang menerapkan kepemimpinan berdasarkan kekuatan dan
pengaruh, bukan melalui garis keturunan. Sistim pemerintahan oligarki militer
ini merupakan kreatifitas tokoh-tokoh militer Mamluk yang belum pernah berlaku
sebelumnya dalam perkembangan politik di pemerintahan Islam. Jika dibandingkan
dengan sistim pemerintahan yang dijalankan sebelumnya, yaitu Sistim Monarki dan
Sistim Aristokrasi atau pemerintahan para bangsawan, maka sistim pemerintahan
Oligarki Militer dapat dikatakan lebih demokratis.
Sistim Oligarki Militer lebih mementingkan
kecakapan, kecerdasan, dan keahlian dalam peperangan. Sultan yang lemah bisa
saja disingkirkan atau diturunkan dari kursi jabatannya oleh seorang Mamluk
yang lebih kuat dan memiliki pengaruh besar di tengah-tengah masyarakat.
Kelebihan lain dari sistim oligarki militer ini adalah tidak adanya istilah
senioritas yang berhak atas juniornya untuk menduduki jabatan sultan, melainkan
lebih berdasarkan keahlian dan kepiawaian seorang Mamluk tersebut.
E. Tokoh-tokoh
yang berpengaruh
Di awal tahun 1260 M Mesir terancam serangan
bangsa Mongol yang sudah berhasil menduduki hampir seluruh dunia Islam. Kedua
tentara bertemu di Ayn Jalut, dan pada tanggal 13 September 1260 M, tentara
Mamalik di bawah pimpinan Qutuz, Baybars dan Syaikhul Islam Ibn Taimiyyah
Rahimahullah berhasil menghancurkan pasukan Mongol tersebut. Kemenangan atas
tentara Mongol ini membuat kekuasaan Mamalik di Mesir menjadi tumpuan harapan
umat Islam di sekitarnya.Penguasa-penguasa di Syria segera menyatakan sumpah
setia kepada penguasa Mamalik.
Tidak lama setelah itu Qutuz meninggal
dunia.Baybars, seorang pemimpin militer yang tangguh dan cerdas, diangkat oleh
pasukannya menjadi Sultan (1260- 1277 M).Ia adalah sultan terbesar dan
termasyhur di antara Sultan Mamalik. Ia pula yang dipandang sebagai pembangun
hakiki dinasti Mamalik.Sejarah daulah ini hanya berlangsung sampai tahun 1517
M, ketika dikalahkan oleh Bani Utsmani, Daulah ini dibagi menjadi dua
periode :
1. Periode
kekuasaan Mamluk Bahri, sejak berdirinya (1250 M) sampai berakhirnya
pemerintahan Hajji II tahun 1389 M.
2. Periode
kekuasaan Mamluk Burji, sejak berkuasanya Burquq untuk kedua kalinya tahun 1389
M sampai kerajaan ini dikalahkan oleh Bani Utsmani tahun 1517 .
F. Runtuhnya
Dinasti Mamluk
Kemajuan-kemajuan dinasti Mamalik ini tercapai
berkat keperibadian dan wibawa Sultan yang tinggi, marubah sesama ketenteraan
yang kuat dan kestabilan negara yang aman dari gangguan.Akan tetapi, ketika
faktor-faktor tersebut menghilang, dinasti Mamalik sedikit demi sedikit
mengalami kemunduran. Semenjak masuknya hamba-hamba dari Sirkasia yang
kemudian dikenal dengan nama Mamluk Burji, yang pertama kalinya dibawa oleh
Qalawun, maruah antara tentera menurun, terutama setelah Mamluk Burji
berkuasa.
Banyak penguasa Mamluk Burji yang bermoral
rendah dan tidak menyukai ilmu pengetahuan.Kemewahan dan kebiasaan berfoya-foya
dikalangan penguasa menyebabkan cukai dinaikkan.Akibatnya, semangat kerja
rakyat menurun dan ekonomi Negara tidak stabil.Maka,
suatu kekuatan politik baru yang besar muncul sebagai tentangan bagi
Mamalik, yaitu kerajaan Usmani. Kerajaan inilah yang mengakhiri riwayat Mamalik
di Mesir. Dinasti Mamalik kalah melawan pasukan Usmani dalam pertempuran
di luar kota Cairo pada tahun 1517 M. Sejak itu wilayah Mesir berada di
bawah kekuasaan Kerajaan Usmani sebagai salah satu wilayahnya.Mamluk pada
awalnya adalah para budak di Kekhalifahan Abbasiyah. Sejak tahun 850 M, para
khalifah Abbasiyah mengambil dan membawa para pemuda non-Muslim sebagai budak
dan mendidik mereka menjadi tentara Muslim Sunni dalam pasukan budak.Para budak
dalam pasukan Mamluk ini semakin lama jumlahnya semakin banyak.
Pada tahun 1144 M, seorang jenderal Mamluk
bernama Imaduddin Zengi menaklukan Edessa, salah satu negara yang didirikan
oleh orang Eropa setelah Perang Salib Pertama.Dia dibunuh oleh budaknya sendiri
tidak lama setela itu, ketika dia ketahuan meminum anggur.Ketika pasukan Salib
datang kembali untuk merebut lagi Edessa, putra Zengi, Nuruddin, berhasil
menghalau mereka.Setelah itu Nuruddin mendirikan dinastinya sendiri dengan
menaklukan Damaskus dari penguasa Muslim lokal.
Pada tahun 1100-an M, orang Mamluk lainnya
bekerja kepada para sultan Ayyubiyah di Mesir dan Suriah, namun sedikit demi
sedikit mereka mengambil kekuasaan dari para sultan itu.Pada tahun 1244 M,
orang Mamluk menaklukan Yerusalem dari pasukan Salib.Pada tahun 1245 M raja
Louis IX dari Prancis melancarkan Perang Salib Ketujuh untuk merebutnya
kembali, namun dia malah ditangkap oleh Mamluk.Pada tahun 1250 M Syajar
al-Durr, ibu dari sultan Ayyubiyah terakhir, membunuh putranya dan berkuasa
sendiri.Dia mencetak uang dan membuat dekrit.Dia juga mengakhiri Perang Salib
Ketujuh melalui negosiasi dan membiarkan Louis pergi.Syajar al-Durr dengan
segera harus menikahi pemimpin Mamluk, Aybak, supaya tetap berkuasa, namun dia
terus memerintah dan pada tahun 1257 dia membunuh Aybak.Setelah itu dia
ditangkap dan dihukum mati.Ini membuat Mamluk dapat menguasai Mesir dan Suriah.
BAB III PENUTUP
KESIMPULAN
Dinasti
Mamluk merupakan salah satu Dinasti dalam peradaban islam pada masa keemasan
islam atau kejayaan islam. Sebagaimana sekilas diketengahkan, sejarah panjang
dinasti Mamluk merupakan salah satu bukti bentuk sistem bergulirnya
pemerintahan dalam peradaban Islam yang kompleks dalam arti tidak terkungkung
pada sistem pemerintahan berbasis keturunan, bahkan tidak juga dominasi
agamawan atau aristokrat dimana kalangan budak mampu mengisi sejarah peradaban
Islam dengan berbagai sumbangan serta sisi positif dan negatifnya.
DAFTAR PUSTAKA
Ira M. Lapidus, Sejarah Sosial Ummat Islam
Wikipedia.org
Oleh: Wawan Firmana
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam sejarah peradaban Islam setelah masa
pemerintahan khulafour-rasidin Islam terbagi menjadi dinasti-dinasti yang terus
berkembang pesat dan membawa pengaruh kepada peradaban dunia. Salah
satunya yang dikenal dengan nama Dinasti Mamluk. Dinasti Mamluk sendiri
merupakan dinasti pada masa keemasan Islam yang mampu mempengaruhi peradaban
dunia.Berangkat dari hal tersebut kami mencoba menguraikan hal-hal yang
berkaitan dengan Dinasti Mamluk sehingga menjadi pengetahuan bagi kita semua
guna mengambil pelajaran sejarah pada masa itu.
Di dalam sejarah peradaban Islam, tentang
Dinasti Mamluk ini sangatlah penting kerana sejarahnya bermula di abad
pertengahan. Kepentingan pembahasan mengenai abad pertengahan ini (abad ke 7
hingga ke 11H / abad ke 13 hingga ke 17 M ) adalah kerana era ini merupakan
masa perbentukan salah satu sistem politik dalam Islam. Terjadi juga di era ini
penerapan pemikiran –pemikiran di bidang sosial dan politik yang lahir sejak
zaman dinasti-dinasti besar iaitu Bani Umayyah dan Bani Abbas, dan
kesultanan-kesultanan lainnya di dunia Islam
bahagian barat dan timur.
B. Tujuan
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata
kuliah Sejarah Peradaban Islam. Selain itu makalah ini juga bertujuan sebagai
sarana untuk menambah pengetahuan mahasiswa khususnya dalam memahami Sejarah
Peradaban Islam.
BAB II PEMBAHASAN
A. Asal Usul Dinasti
Mamluk
Kata “mamluk” adalah bentuk tunggal dari kata
“mamalik” yang berarti budak.Dinasti Mamluk sendiri memang didirikan oleh para
budak.Pada awalnya mereka adalah orang-orang yang direkrut oleh penguasa
dinasti Ayyubiyah sebagai budak, kemudian dididik dan dijadikan
tentaranya.Mereka ditempatkan pada kelompok tersendiri yang terpisah dari
masyarakat.Oleh penguasa Ayyubiyah yang terakhir, yaitu al-Malik as-Salih, mereka
dijadikan pengawal untuk menjamin kelangsungan kekuasaannya.Pada masa penguasa
ini, mereka mendapat hak-hak istimewa, baik dalam karier ketentaraan maupun
dalam imbalan-imbalan material. Mereka terdiri dari dua kelompok yaitu Mamluk
Bahri dan Mamluk Buruj atau Burji yang datang kemudian.Dinamakan Mamluk Bahri
karena tempat tinggal mereka di Pulau ar-Raudah yang terletak di laut Arab,
bahr bentangan delta sungai Nil.Sementara dinamakan Mamluk Burji karena mereka
menempati benteng-benteng Arab, burj di Kairo. Kaum Bahri berasal dari Qipchaq,
Rusia Selatan, yang berdarah campuran antara Mongol dan Kurdi, sedangkan Burji
adalah orang-orang Circassia dari Caucasus. Dalam pada itu, peta pemerintahan
dinasti Mamluk dalam perjalanannya kemudian banyak dikatakan oleh para
sejarawan sebagai bentuk penguasaan yang carut marut karena terbagi menjadi dua
kekuasaan besar.
Cikal bakal dinasti ini berawal dari seorang
mantan budak bernama Syajar ad-Durr, yang kemudian dijadikan sebagai istri oleh
al-Malik as-Salih (1249 M) sebagai penguasa dinasti Ayyubiyah. Setelah al-Malik
as-Salih wafat, berbagai informasi mengatakan bahwa Syajar ad-Durr kemudian
menyandang gelar “sultanah” atau berkedudukan sebagai sultan perempuan selama
hampir delapan puluh hari. Pada masa itu ia juga tercatat sebagai satu-satunya
penguasa wanita muslim di kawasan Afrika Utara dan Asia Barat, namanya juga
diabadikan dalam kepingan mata uang dan disebutkan pada setiap sholat Jum’at.
Ia memutuskan untuk menikah lagi dengan Izzuddin Aybak, Sultan Mamluk pertama
(1250-1257 M) yang kemudian justru terbunuh oleh Syajar al-Durr sendiri.Hal ini
merupakan awal fondasi kekuasaan dinasti Mamluk.
B. Wilayah
Kekuasaan Dinasti Mamluk
Dinasti Mamluk yang berkuasa pada masa ini
disebut Bahri.Mereka kebanyakan berasal dari keluarga Turk dan Mongol. Mereka
memerintah Mesir dan Suriah, dan kadangkala Jazirah Arab, hingga tahun 1382
M.Ketika Mongol menyerbu Suriah pada tahun 1260 M, pasukan Mamluk berhasil
mengalahkan mereka di Ain Jalut, dan mendesak pasukan Mongol mundur kembali ke
Persia. Inilah pertama kalinya pasukan Mongol dikalahkan dalam suatu
pertempuran besar.Pemimpin Mamluk dalam pertempuran tersebut, Baibars, kemudian
menjadi sultan Mamluk seusai pertempuran.
Baibars dan pasukan Mamluknya mengalahkan
pasukan Salib terakhir pada tahun 1263 M. Ketika itu terjadi pertempuran besar
di Antiokhia, dan pada akhirnya 16000 tentara Kristen terbunuh sedangkan ribuan
penduduk Antiokhia dijadikan budak.
C. Karya-karya pada
Dinasti Mamluk
a. Bidang
Ekonomi
Dalam bidang ekonomi, dinasti Mamluk membuka
hubungan dagang dengan Perancis dan Itali melalui perluasan jalur perdagangan
yang sudah dirintis oleh dinasti Fatimiyyah di Mesir sebelumnya.
Disamping itu, hasil pertanian juga meningkat.
Keberhasilan dalam bidang ekonomi ini didukung oleh pembangunan jaringan
pengangkutan dan komunikasi antara kota, baik laut mahupun darat. Keteguhan
angkatan laut Mamalik sangat membantu pengembangan ekonominya.
b. Pembangunan
Dinasti Mamalik juga banyak mengalami kemajuan
di bidang pembangunan.Banyak juru bina dibawa ke Mesir untuk membangunkan
sekolah-sekolah dan masjid-masjid yang indah.Bangunan-bangunan lain yang
didirikan pada masa ini di antaranya adalah, hospital, musium, perpustakaan,
villa-villa, kubah, dan menara masjid.
c. Ilmu
Pengetahuan
Di dalam ilmu pengetahuan, Mesir menjadi tempat
pelarian ilmuan-ilmuan asal Baghdad dari serangan tentera Mongol. Karena itu,
ilmu-ilmu banyak berkembang di Mesir, seperti sejarah, perubatan,
astronomi, matematik, dan il-mu agama. Dalam ilmu sejarah
tercatat nama-nama besar, seperti Ibn Khalikan, Ibn Taghribardi, dan Ibn
Khaldun. Di bidang astronomi dikenal nama Nasir Al-Din Al-tusi. Di bidang
perubatan pula, Abu Hasan `Ali Al-Nafis. Sedangkan, dalam bidang ilmu
keagamaan, tersohor nama Ibn Taimiyah, Al-Sayuthi, dan Ibn Hajar Al-`Asqalani.
d. Militer
Pemerintahan dinasti ini dilantik dari
pengaruhnya dalam ketenteraan. Para Mamluk yang dididik haruslah dengan
tujuan untuk menjadi pasukan pendukung kebijaksanaan pemimpin. Ketua Negara
atau sultan akan diangkat di antara pemimpin tentera yang terbaik, yang paling
berprestasi, dan mempunyai kemampuan untuk menghimpun kekuatan. Walaupun mereka
adalah pendatang di wilayah Mesir, mereka berhasil menciptakan ikatan yang kuat
berdasarkan daerah asal mereka.
Dinasti Mamalik juga menghasilkan buku mengenai
ilmu ketenteraan.Minat para penulis semakin terpacu dengan keinginan mereka
untuk mempersembahkan sebuah karya kepada kepada para sultan yang menjadi
penguasa saat itu.Perbahasan yang sering dibahas adalah mengenai selok-belok
yang berkaitan dengan serangan bangsa Mongol.Pada lingkungan ketenteraan
Dinasti ini, menghasilkan banyak karya tentang ketenteraan, khususnya keahlian
menunggang kuda.
e. Budaya
Politik
Daulah Mamalik atau Dinasti Mamluk membawa
warna baru dalam sejarah politik Islam.Pemerintahan dinasti ini bersifat
oligarki militer, kecuali dalam waktu yang singkat ketika Qalawun(1280-1290
M) menerapkan pergantian sultan secara turun temurun. Anak Qalawun berkuasa
hanya empat tahun, karena kekuasaannya direbut oleh Kitbugha (1295- 1297
M). Sistem pemerintahan oligarki ini banyak mendatangkan kemajuan di Mesir.
Kedudukan amir menjadi sangat penting.Para amir berkompetisi dalam prestasi,
karena mereka merupakan kandidat sultan. Kemajuan-kemajuan itu dicapai dalam
bebagai bidang, seperti konsolidasi pemerintahan, perekonomian, dan ilmu
pengetahuan.
D. Sistem Pemerintahan
Bentuk pemerintahan oligarki militer adalah
suatu bentuk pemerintahan yang menerapkan kepemimpinan berdasarkan kekuatan dan
pengaruh, bukan melalui garis keturunan. Sistim pemerintahan oligarki militer
ini merupakan kreatifitas tokoh-tokoh militer Mamluk yang belum pernah berlaku
sebelumnya dalam perkembangan politik di pemerintahan Islam. Jika dibandingkan
dengan sistim pemerintahan yang dijalankan sebelumnya, yaitu Sistim Monarki dan
Sistim Aristokrasi atau pemerintahan para bangsawan, maka sistim pemerintahan
Oligarki Militer dapat dikatakan lebih demokratis.
Sistim Oligarki Militer lebih mementingkan
kecakapan, kecerdasan, dan keahlian dalam peperangan. Sultan yang lemah bisa
saja disingkirkan atau diturunkan dari kursi jabatannya oleh seorang Mamluk
yang lebih kuat dan memiliki pengaruh besar di tengah-tengah masyarakat.
Kelebihan lain dari sistim oligarki militer ini adalah tidak adanya istilah
senioritas yang berhak atas juniornya untuk menduduki jabatan sultan, melainkan
lebih berdasarkan keahlian dan kepiawaian seorang Mamluk tersebut.
E. Tokoh-tokoh
yang berpengaruh
Di awal tahun 1260 M Mesir terancam serangan
bangsa Mongol yang sudah berhasil menduduki hampir seluruh dunia Islam. Kedua
tentara bertemu di Ayn Jalut, dan pada tanggal 13 September 1260 M, tentara
Mamalik di bawah pimpinan Qutuz, Baybars dan Syaikhul Islam Ibn Taimiyyah
Rahimahullah berhasil menghancurkan pasukan Mongol tersebut. Kemenangan atas
tentara Mongol ini membuat kekuasaan Mamalik di Mesir menjadi tumpuan harapan
umat Islam di sekitarnya.Penguasa-penguasa di Syria segera menyatakan sumpah
setia kepada penguasa Mamalik.
Tidak lama setelah itu Qutuz meninggal
dunia.Baybars, seorang pemimpin militer yang tangguh dan cerdas, diangkat oleh
pasukannya menjadi Sultan (1260- 1277 M).Ia adalah sultan terbesar dan
termasyhur di antara Sultan Mamalik. Ia pula yang dipandang sebagai pembangun
hakiki dinasti Mamalik.Sejarah daulah ini hanya berlangsung sampai tahun 1517
M, ketika dikalahkan oleh Bani Utsmani, Daulah ini dibagi menjadi dua
periode :
1. Periode
kekuasaan Mamluk Bahri, sejak berdirinya (1250 M) sampai berakhirnya
pemerintahan Hajji II tahun 1389 M.
2. Periode
kekuasaan Mamluk Burji, sejak berkuasanya Burquq untuk kedua kalinya tahun 1389
M sampai kerajaan ini dikalahkan oleh Bani Utsmani tahun 1517 .
F. Runtuhnya
Dinasti Mamluk
Kemajuan-kemajuan dinasti Mamalik ini tercapai
berkat keperibadian dan wibawa Sultan yang tinggi, marubah sesama ketenteraan
yang kuat dan kestabilan negara yang aman dari gangguan.Akan tetapi, ketika
faktor-faktor tersebut menghilang, dinasti Mamalik sedikit demi sedikit
mengalami kemunduran. Semenjak masuknya hamba-hamba dari Sirkasia yang
kemudian dikenal dengan nama Mamluk Burji, yang pertama kalinya dibawa oleh
Qalawun, maruah antara tentera menurun, terutama setelah Mamluk Burji
berkuasa.
Banyak penguasa Mamluk Burji yang bermoral
rendah dan tidak menyukai ilmu pengetahuan.Kemewahan dan kebiasaan berfoya-foya
dikalangan penguasa menyebabkan cukai dinaikkan.Akibatnya, semangat kerja
rakyat menurun dan ekonomi Negara tidak stabil.Maka,
suatu kekuatan politik baru yang besar muncul sebagai tentangan bagi
Mamalik, yaitu kerajaan Usmani. Kerajaan inilah yang mengakhiri riwayat Mamalik
di Mesir. Dinasti Mamalik kalah melawan pasukan Usmani dalam pertempuran
di luar kota Cairo pada tahun 1517 M. Sejak itu wilayah Mesir berada di
bawah kekuasaan Kerajaan Usmani sebagai salah satu wilayahnya.Mamluk pada
awalnya adalah para budak di Kekhalifahan Abbasiyah. Sejak tahun 850 M, para
khalifah Abbasiyah mengambil dan membawa para pemuda non-Muslim sebagai budak
dan mendidik mereka menjadi tentara Muslim Sunni dalam pasukan budak.Para budak
dalam pasukan Mamluk ini semakin lama jumlahnya semakin banyak.
Pada tahun 1144 M, seorang jenderal Mamluk
bernama Imaduddin Zengi menaklukan Edessa, salah satu negara yang didirikan
oleh orang Eropa setelah Perang Salib Pertama.Dia dibunuh oleh budaknya sendiri
tidak lama setela itu, ketika dia ketahuan meminum anggur.Ketika pasukan Salib
datang kembali untuk merebut lagi Edessa, putra Zengi, Nuruddin, berhasil
menghalau mereka.Setelah itu Nuruddin mendirikan dinastinya sendiri dengan
menaklukan Damaskus dari penguasa Muslim lokal.
Pada tahun 1100-an M, orang Mamluk lainnya
bekerja kepada para sultan Ayyubiyah di Mesir dan Suriah, namun sedikit demi
sedikit mereka mengambil kekuasaan dari para sultan itu.Pada tahun 1244 M,
orang Mamluk menaklukan Yerusalem dari pasukan Salib.Pada tahun 1245 M raja
Louis IX dari Prancis melancarkan Perang Salib Ketujuh untuk merebutnya
kembali, namun dia malah ditangkap oleh Mamluk.Pada tahun 1250 M Syajar
al-Durr, ibu dari sultan Ayyubiyah terakhir, membunuh putranya dan berkuasa
sendiri.Dia mencetak uang dan membuat dekrit.Dia juga mengakhiri Perang Salib
Ketujuh melalui negosiasi dan membiarkan Louis pergi.Syajar al-Durr dengan
segera harus menikahi pemimpin Mamluk, Aybak, supaya tetap berkuasa, namun dia
terus memerintah dan pada tahun 1257 dia membunuh Aybak.Setelah itu dia
ditangkap dan dihukum mati.Ini membuat Mamluk dapat menguasai Mesir dan Suriah.
BAB III PENUTUP
KESIMPULAN
Dinasti
Mamluk merupakan salah satu Dinasti dalam peradaban islam pada masa keemasan
islam atau kejayaan islam. Sebagaimana sekilas diketengahkan, sejarah panjang
dinasti Mamluk merupakan salah satu bukti bentuk sistem bergulirnya
pemerintahan dalam peradaban Islam yang kompleks dalam arti tidak terkungkung
pada sistem pemerintahan berbasis keturunan, bahkan tidak juga dominasi
agamawan atau aristokrat dimana kalangan budak mampu mengisi sejarah peradaban
Islam dengan berbagai sumbangan serta sisi positif dan negatifnya.
DAFTAR PUSTAKA
Ira M. Lapidus, Sejarah Sosial Ummat Islam
Wikipedia.org
Pendidikan Karakter Untuk Generasi Berkarakter Unggul
Diposting oleh Unknown di 08.54 Label: Artikel Makalah
Pendidikan di Indonesia saat ini
atau sistem pendidikan di Indonesia secara umum masih dititik beratkan pada
kecerdasan kognitif. Hal ini dapat dilihat dari orientasi sekolah-sekolah yang
ada masih disibukkan dengan ujian, mulai dari ujian mid, ujian akhir hingga
ujian nasional. Ditambah latihan-latihan soal harian dan pekerjaan rumah untuk
memecahkan pertanyaan di buku pelajaran yang biasanya tak relevan dengan
kehidupan sehari-hari para pelajar/mahasiswa.
Dari hal tersebut jelaslah bahwa
pendidikan di Indoneia cenderung lebih mengedepankan penguasaan aspek keilmuan
dan kecerdasan, namun mengabaikan pendidikan karakter. Pengetahuan
tentang kaidah moral yang didapatkan dalam pendidikan moral atau etika di
sekolah-sekolah saat ini semakin ditinggalkan. Sebagian orang mulai tidak
memperhatikan lagi bahwa pendidikan tersebut berdampak pada perilaku seseorang.
Padahal pendidikan diharapkan mampu menghadirkan generasi yang berkarakter
kuat, karena manusia sesungguhnya dapat dididik , dan harus sejak dini.
Meski manusia memiliki karakter
bawaan, tidak berarti karakter itu tak dapat diubah. Perubahan karakter
mengandaikan suatu perjuangan yang berat, suatu latihan yang terus-menerus
untuk menghidupi nilai-nilai yang baik dan tidak terlepas dari faktor lingkungan
sekitar. Era keterbukaan informasi akibat globalisasi mempunyai faktor-faktor
negatif antara lain mulai lunturnya nilai-nilai kebangsaan yang
dianggap sempit seperti patriotisme dan nasionalisme yang dianggap tidak cocok
dengan nilai-nilai globalisasi dan universalisasi.
Saatnya para pengambil kebijakan,
para pendidik, orang tua dan masyarakat senantiasa memperkaya persepsi bahwa
ukuran keberhasilan tak melulu dilihat dari prestasi angka-angka. Hendaknya
institusi sekolah menjadi tempat yang senantiasa menciptakan
pengalaman-pengalaman bagi pelajar/mahasiswa untuk membangun dan membentuk
karakter unggul yang cerdas dan bermoral tinggi.
1. Pengertian
Pendidikan Karakter
Pengertian karakter menurut Pusat
Bahasa Depdiknas adalah “bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti,
perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, watak”. Adapun berkarakter
adalah berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat, dan berwatak”. Karakter
mengacu kepada serangkaian sikap (attitudes), perilaku (behaviors), motivasi
(motivations), dan keterampilan (skills)[2]. Karakter
berasal dari bahasa Yunani yang berarti “to mark” atau menandai dan memfokuskan
bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah
laku, sehingga orang yang tidak jujur, kejam, rakus dan perilaku jelek lainnya
dikatakan orang berkarakter jelek. Sebaliknya, orang yang perilakunya sesuai
dengan kaidah moral disebut dengan berkarakter mulia.
2. Konsep
Pendidikan Karakter
Karakter mulia berarti individu
memiliki pengetahuan tentang potensi dirinya, yang ditandai dengan nilai-nilai
seperti reflektif, percaya diri, rasional, logis, kritis, analitis, kreatif dan
inovatif, mandiri, hidup sehat, bertanggung jawab, cinta ilmu, sabar,
berhati-hati, rela berkorban, pemberani, dapat dipercaya, jujur, menepati
janji, adil, rendah hati, malu berbuat salah, pemaaf, berhati lembut, setia,
bekerja keras, tekun, ulet/gigih, teliti, berinisiatif, berpikir positif,
disiplin, antisipatif, inisiatif, visioner, bersahaja, bersemangat, dinamis,
hemat/efisien, menghargai waktu, pengabdian/dedikatif, pengendalian diri,
produktif, ramah, cinta keindahan (estetis), sportif, tabah, terbuka, tertib.
Individu juga memiliki kesadaran untuk berbuat yang terbaik atau unggul, dan
individu juga mampu bertindak sesuai potensi dan kesadarannya tersebut.
Karakteristik adalah realisasi perkembangan positif sebagai individu
(intelektual, emosional, sosial, etika, dan perilaku).
Individu yang berkarakter baik atau
unggul adalah seseorang yang berusaha melakukan hal-hal yang terbaik terhadap
Tuhan YME, dirinya, sesama, lingkungan, bangsa dan negara serta dunia
internasional pada umumnya dengan mengoptimalkan potensi (pengetahuan) dirinya
dan disertai dengan kesadaran, emosi dan motivasinya (perasaannya).
Pendidikan karakter adalah suatu
sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi
komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan
nilai-nilai tersebut. Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai “the
deliberate use of all dimensions of school life to foster optimal character
development”. Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen (pemangku
pendidikan) harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu
sendiri, yaitu :
a. Isi
kurikulum
b. Proses
pembelajaran dan penilaian,
c. Penanganan
atau pengelolaan mata pelajaran,
d. Pengelolaan
sekolah,
e. Pelaksanaan
aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler,
f. Pemberdayaan
sarana prasarana,
g. Pembiayaan,
dan
h. Etos
kerja seluruh warga sekolah/lingkungan.
Di samping itu, pendidikan karakter
dimaknai sebagai suatu perilaku warga sekolah yang dalam menyelenggarakan
pendidikan harus berkarakter. Lebih lanjut dijelaskan bahwa pendidikan karakter
adalah segala sesuatu yang dilakukan guru, yang mampu mempengaruhi karakter
peserta didik. Guru membantu membentuk watak peserta didik. Hal ini mencakup
keteladanan bagaimana perilaku guru, cara guru berbicara atau menyampaikan
materi, bagaimana guru bertoleransi, dan berbagai hal terkait lainnya.
Pendidikan karakter memiliki esensi
dan makna yang sama dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak. Tujuannya
adalah membentuk pribadi anak, supaya menjadi manusia yang baik, warga
masyarakat, dan warga negara yang baik[3]. Adapun
kriteria manusia yang baik, warga masyarakat yang baik, dan warga negara yang
baik bagi suatu masyarakat atau bangsa, secara umum adalah nilai-nilai sosial
tertentu, yang banyak dipengaruhi oleh budaya masyarakat dan bangsanya. Oleh
karena itu, hakikat dari pendidikan karakter dalam konteks pendidikan di
Indonesia adalah pedidikan nilai, yakni pendidikan nilai-nilai luhur yang
bersumber dari budaya bangsa Indonesia sendiri, dalam rangka membina
kepribadian generasi muda.
Pendidikan karakter berpijak dari
karakter dasar manusia, yang bersumber dari nilai moral universal (bersifat
absolut) yang bersumber dari agama yang juga disebut sebagai the golden
rule. Pendidikan karakter dapat memiliki tujuan yang pasti, apabila
berpijak dari nilai-nilai karakter dasar tersebut. Menurut para ahli psikolog,
beberapa nilai karakter dasar tersebut adalah: cinta kepada Allah dan
ciptaan-Nya (alam dengan isinya), tanggung jawab, jujur, hormat dan santun,
kasih sayang, peduli, dan kerjasama, percaya diri, kreatif, kerja keras, dan
pantang menyerah, keadilan dan kepemimpinan; baik dan rendah hati, toleransi,
cinta damai, dan cinta persatuan.
Pendapat lain mengatakan bahwa
karakter dasar manusia terdiri dari: dapat dipercaya, rasa hormat dan
perhatian, peduli, jujur, tanggung jawab; kewarganegaraan, ketulusan, berani,
tekun, disiplin, visioner, adil, dan punya integritas. Penyelenggaraan
pendidikan karakter di sekolah harus berpijak kepada nilai-nilai karakter
dasar, yang selanjutnya dikembangkan menjadi nilai-nilai yang lebih banyak atau
lebih tinggi (yang bersifat tidak absolut atau bersifat relatif) sesuai dengan
kebutuhan, kondisi, dan lingkungan sekolah itu sendiri.
3. Pentingnya
Pendidikan Karakter
Dewasa ini banyak pihak menuntut
peningkatan intensitas dan kualitas pelaksanaan pendidikan karakter pada
lembaga pendidikan formal. Tuntutan tersebut didasarkan pada fenomena sosial
yang berkembang, yakni meningkatnya kenakalan remaja dalam masyarakat, seperti
perkelahian massal, tawuran pelajar dan berbagai kasus dekadensi moral lainnya
yang pelakunya adalah pelajar/mahasiswa. Bahkan di kota-kota besar tertentu,
gejala tersebut telah sampai pada taraf yang sangat meresahkan. Oleh karena
itu, lembaga pendidikan formal sebagai wadah resmi pembinaan generasi muda
diharapkan dapat meningkatkan peranannya dalam pembentukan kepribadian peserta
didik melalui peningkatan intensitas dan kualitas pendidikan karakter.
Para pakar pendidikan pada umumnya
sependapat tentang pentingnya upaya peningkatan pendidikan karakter pada jalur
pendidikan formal. Namun demikian, ada perbedaan-perbedaan pendapat di antara
mereka tentang pendekatan dan metode pendidikannya. Berhubungan dengan pendekatan,
sebagian pakar menyarankan penggunaan pendekatan-pendekatan pendidikan moral
yang dikembangkan di negara-negara barat, seperti: Pendekatan perkembangan
moral kognitif, Pendekatan analisis nilai, dan pendekatan klarifikasi nilai.
Sebagian yang lain menyarankan
penggunaan pendekatan tradisional, yakni melalui penanaman nilai-nilai sosial
tertentu dalam diri peserta didik.
Berdasarkan grand design yang
dikembangkan Kemendiknas (2010), secara psikologis dan sosial kultural
pembentukan karakter dalam diri individu merupakan fungsi dari seluruh potensi
individu manusia (kognitif, afektif, konatif, dan psikomotorik) dalam konteks
interaksi sosial kultural (dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat) dan
berlangsung sepanjang hayat[4].
Presiden dalam kunjungannya ke
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, saat memberikan arahan dalam Sidang
Kabinet Terbatas tanggal 31 Agustus 2012 yang membahas Program Strategis
Pemerintah di bidang Pendidikan berharap perlu ada kontribusi yang dapat
disumbangkan oleh sektor pendidikan untuk memperkuat toleransi, baik nilai
sikap mental dan perilaku bagi bangsa yang majemuk untuk lebih baik lagi. Sikap
toleransi harus dibangun, diajarkan, dan diperkuat kepada anak didik hingga
tingkat wajib belajar 9 atau 12 tahun, sehingga diharapkan dapat membuahkan
sesuatu yang baik. Wajib belajar 9 tahun dapat dikatakan sebagai formative
years, yaitu waktu untuk membentuk karakter, nilai, sikap, dan perilaku bagi
perjalan kehidupan manusia. Jika pemerintah dapat mengajarkan sikap toleransi dengan
metodologi yang tepat, maka hal ini akan melekat lama.
Tidak hanya dalam kesempatan di
Sidang Kabinet, dalam beberapa acara antara lain National Summit dan
Peringatan Hari Ibu, Presiden SBY menekankan pentingnya nation character
building. Kutipan pernyataan Presiden SBY adalah sebagai berikut: “Dalam
era globalisasi, demokrasi, dan modernisasi dewasa ini, watak bangsa yang
unggul dan mulia adalah menjadi kewajiban kita semua untuk membangun dan
mengembangkannya. Character building penting, sama dengan national
development yang harus terus menerus dilakukan. Marilah kita berjiwa terang,
berpikir positif, dan bersikap optimistis. Dengan sikap seperti itu, seberat
apapun persoalan yang dihadapi bangsa kita, insya Allah akan selalu ada jalan,
dan kita akan bisa terus meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia”.[5]
Pendidikan karakter mempunyai
fungsi strategis bagi kemajuan bangsa, 5 nilai karakter bangsa untuk menjadi
manusia unggul yang disampaikan oleh Presiden SBY yaitu :
1. Manusia Indonesia yang bermoral, berakhlak dan berperilaku baik;
2. Mencapai masyarakat yang cerdas dan rasional;
3. Manusia Indonesia ke depan menjadi manusia yang inovatif dan terus
mengejar kemajuan;
4. Memperkuat semangat “Harus Bisa”, yang terus mencari solusi dalam
setiap kesulitan;
5. Manusia Indonesia haruslah menjadi patriot sejati yang mencintai
bangsa, Negara dan tanah airnya.[6]
4. Kofigurasi
Karakter
Konfigurasi karakter dalam konteks
totalitas proses psikologis dan sosial-kultural tersebut dapat dikelompokkan
dalam:
a. Olah
Hati (Spiritual and emotional development),
b. Olah
Pikir (intellectual development),
c. Olah
Raga dan Kinestetik (Physical and kinestetic development), dan
d. Olah
Rasa dan Karsa (Affective and Creativity development).
Para pakar telah mengemukakan
berbagai teori tentang pendidikan moral atau karakter. Di antara berbagai teori
yang berkembang, ada enam teori yang banyak digunakan; yaitu: pendekatan
pengembangan rasional, pendekatan pertimbangan, pendekatan klarifikasi nilai,
pendekatan pengembangan moral kognitif, dan pendekatan perilaku sosial[7]. Berbeda dengan klasifikasi tersebut, Elias
mengklasifikasikan berbagai teori yang berkembang menjadi tiga, yakni:
pendekatan kognitif, pendekatan afektif, dan pendekatan perilaku. Klasifikasi
didasarkan pada tiga unsur moralitas, yang biasa menjadi tumpuan kajian
psikologi, yakni: perilaku, kognisi, dan afeksi.[8]
Berdasarkan uraian diatas, dapat
kita simpulkan bahwa pendidikan adalah elemen penting dalam pembangunan bangsa
karena melalui pendidikan, dasar pembangunan karakter manusia dimulai. Apabila
Negara Indonesia ingin mencetak generasi penerus yang mandiri, bermoral, dewasa
dan bertanggung jawab atau dengan kata lain generasi yang berkarakter unggul.
Maka pemerintah Indonesia harus menerapkan kurikulum yang mengedepankan
Pendidikan Karakter anak didik dalam system pembelajaran di semua tingkat
pedidikan. Dan Konsekwensinya, Semua yang terlibat dalam dunia pendidikan
Indonesia harus juga mampu memberikan suri tauladan yang bisa jadi panutan
generasi muda.
Oleh karena itu saya menyarankan
kepada pemerintah Indonesia agar segera menerapkan kurikulum yang baru kepada
dunia pendidikan. Kurikulum yang sesuai dengan perkembangan zaman yang semakin
maju dan canggih yang mengedepankan kualitas moral generasi penerusnya yaitu
Pendidikan Karakter agar tercipta generasi yang berkarakter unggul. Saya juga
mengajak kita semua untuk mendukung upaya pemerintah dalam mencerdaskan
kehidupan bangsa, menjunjung tinggi nilai moral, dan berperadaban agar Bangsa
Indonesia menjadi bangsa dan Negara yang maju dan damai.
Daftar Pustaka
Depdiknas,(2004).Pedoman
Penulisan Karya Ilmiah.Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia
[1] Mahasiswa jurusan Pendidikan Agama Islam STAI Binamadani
Tangerang
[2] Tadkiroatun Musfiroh (UNY, 2008)
[3] T. Ramli (2003)
[4] Kemendiknas (2010)
[5] Susilo Bamabang Yudhoyono Presiden RI
[6] Puncak Peringatan Hari Pendidikan Nasional dan Hari
Kebangkitan Nasional 2011, Jumat 20 Mei 2011
[7]Hers, et. al. (1980)
[8] Elias (1989)
Langganan:
Postingan (Atom)