skip to main | skip to sidebar

GRABALONG

dalam bahasa samawa, yaitu Gra = cakap, tampan/cantik & Balong = bagus/baik, indah. jadi Grabalong artinya keindahan yang sempurna atau sejati.

  • Entries (RSS)
  • Comments (RSS)
  • Home
  • About Us
  • Archives
  • Contact Us

Kamis, 26 Maret 2015

MOHAMMAD ALI JINNAH DAN NASIONALISME

Diposting oleh Unknown di 00.10 Label: Makalah, PPMDI


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Pada pertengahan abad ke-20, tepatnya pada tahun 1947 di India secara resmi muncul sebuah negara yaitu Pakistan. Jika kita mau menelusuri sejarah terbentuknnya negara tersebut, maka akan didapatkan bahwa umat Islam adalah pendiri dan penggagas terbentuknya negara tersebut, dalam artian yang mengkonsep, dan mencita-citakan terbentuknya negara Pakistan adalah adalah umat Islam.
Terkait pembahasan  mengenai konseptor, maka tidak bisa dilepaskan dari pembahasan mengenai seorang tokoh yang mengkonsepkannya. Oleh karena itu, dalam makalah ini penulis akan mencoba memaparkan riwayat hidup beserta ide-ide cemerlang atau pemikiran seorang tokoh yang sangat berperan aktif dalam pembentukan negara Islam di Pakistan, yakni Mohammad Ali Jinnah (1876-1948).

B.     Tujuan
1.      Untuk mengetahui riwayat hidup Mohammad Ali Jinnah dan pemikirannya tentang nasionalisme.
2.      Untuk memenuhi tugas mata kuliah Perkembangan Pemikiran Modern Dunia Islam 

BAB II
PEMBAHASAN



A.    Riwayat Hidup Mohammad Ali Jinnah 
Mohammad Ali Jinnah (bahasa Urdu: محمد علی جناح, Mahomed ali Jinnahbhai; lahir 25 Desember 1876  – wafat 11 September 1948). Ia adalah seorang pengacara, politikus dan pendiri Pakistan. Jinnah merupakan pemimpin Liga Muslim India dari 1913 sampai kemerdekaan Pakistan pada 14 Agustus 1947, dan menjabat sebagai Gubernur Jenderal Pakistan pertama sampai kematiannya. Di Pakistan, ia dipanggil Quaid-i-Azam (Pemimpin Besar) dan Baba-i-Qaum (Bapak Bangsa). Ulang tahunnya diperingati sebagai libur nasional di Pakistan.[1]

Mohammad Ali Jinnah  adalah politisi dan negarawan kawakan dari India. Ia pemimpin Liga Muslim India yang menyatakan aspirasi kaum muslim India untuk membentuk Negara terpisah setelah upaya komprominya tidak pernah tercapai. Ia akhirnya berhasil mendirikan Negara Pakistan dan menjadi gubernur jenderal pertama Negara itu. Mohammad Ali Jinnah di kenang sebagai Funding Father Pakistan. Dalam perjuangannya, ia banyak bertentangan dengan Mahatma Gandhi dan Jawaharlal Nehru.[2]

B.     Pengertian Nasionalisme
Nasionalisme /na·si·o·na·lis·me/ n  menurut KBBI adalah paham (ajaran) untuk mencintai bangsa dan negara sendiri; sifat kenasionalan; kesadaran keanggotaan dalam suatu bangsa yang secara potensial atau aktual bersama-sama mencapai, mempertahankan, dan mengabadikan identitas, integritas, kemakmuran, dan kekuatan bangsa itu; semangat kebangsaan.[3]

C.     Perjalanan Politik Mohammad Ali Jinnah
Karir politik Mohammad Ali Jinnah dimulai pada tahun 1906 dengan keikut sertaannya pada sidang Kongres Kalkuta (Calcutta Congress Seassion) sebagai sekretaris Presiden, Dhabai Naoradji. Ia memilih bergabung dengan Kongres Nasional, karena menurut pendapatnya “ perjuangan yang paling utama bagi rakyat India adalah kemerdekaan India dan itu hanya dapat dicapai melalui usaha bersama kelompok Islam dan Hindu”. Ia berkeyakinan bahwa persatuan umat Islam dan umat Hindu India merupakan syarat untuk tercapainya kemerdekaan India. Atas keyakinan, sikap dan upaya untuk menyatukan umat Islam dan umat Hindu ini demi kepentingan nasional dan kemerdekaan India, Ia dijuluki sebagai “Ambassador of Hindu Muslim Unity”.

Mohammad Ali Jinnah pada awalnya adalah salah seorang tokoh Muslim India yang memiliki rasa nasionalisme tinggi dan memiliki keinginan agar Negara India bisa merdeka dan menyatukan umat Muslim dan Hindu dalam satu Negara yaitu Negara India, sehingga pada awal terjunnya ke dunia politik Mohammad Ali Jinnah lebih memilih masuk ke dalam kongres Nasional India yang merupakan organisasi politik terbesar pada waktu itu untuk menjadi pilihan wadah berpolitiknya. Namun sebagai seorang Muslim, tetap saja fokus perhatian politik Mohammad Ali Jinnah ditegakkan di atas kepentingan umat Muslim India.

D.    Pemikiran Mohammad Ali Jinnah
Pemikiran pembaharuan Mohammad Ali Jinnah sebenarnya lebih pada ranah politik. Diantaranya adalah gagasan tentang nasionalisme India, dengan perjuangan yang dilakukan :
1.      Persatuan umat Islam dan Hindu
2.      Kemerdekaan India dari cekreraman penjajah (Inggris)
3.      Nasionalisme

Mohammad Ali Jinnah mengatakan bahwa: ”India tidak akan diperintah oleh umat Hindu dan tidak pula oleh umat Islam, tetapi India harus diperintah oleh rakyat India dalam arti diperintah oleh umat Islam dan Hindu secara bersama-sama. Tuntutan kita adalah memindahkan kekuasaan ke tengah-tengah rakyat India dalam waktu yang tidak begitu lama, dan merupakan prinsip pembaharuan kita. (semangat nasionalisme).”

Terbentuknya negara Pakistan, pemikiran pembaharuan Ali Jinnah sebenarnya lebih pada ranah politik, pada awalnya ia beranggapan dan menganjurkan adanya nasionalisme India, untuk melepaskan diri dari jajahan Inggris, akan tetapi dari hasil realitas dan pengalaman yang ia rasakan membuatnya merubah haluan politiknya sejak ia menemukan kekecewaan bersama partai kongres. sejak itulah ia beranggapan bahwa kepentingan umat Islam di India tidak bisa lagi dijamin melalui perundingan dan terbentuknya sebuah undang-undang dasar India secara keseluruhan. Tetapi kepentingan umat Islam akan terjamin hanya melalui pembentukan negara tersendiri yang terpisah dari negara umat Hindu di India.

Ali Jinnah mulai membahas masalah pembentukan negara Islam di rapat tahunan Liga Muslimin yang diadakan di Lahore pada tahun 1940, yang kemudian menghasilkan persetujuan bahwa pembentukan negara tersendiri bagi umat Islam sebagai tujuan perjuangan Liga Muslimin. Sejak itulah Jinnah mulai memperjelas tentang negara Islam yang akan dibentuk (Pakistan). Menurutnya negara tersebut ialah sebuah negara yang berada dibawah kekuasaan umat Islam, tetapi tidak melupakan peran serta non-muslim dalam pemerintahan dengan menyesuaikan jumlah mereka disetiap daerah.

Pembentukan negara Islam (Pakistan) Jinnah dan Liga Muslimin mendapatkan dukungan umat Islam India, hal itu terlihat dari hasil pemilihan 1946, dimana Liga Muslimin memperoleh kemenangan di daerah-daerah yang nantinya masuk Pakistan. Kedudukan Ali Jinnah dalam perundingan dengan Inggris dan Partai Kongres Nasional India mengenai masa depan Islam semakin kuat. Dan pada tahun 1947 Inggris mengeluarkan putusan untuk menyerahkan kedaulatan kepada dua dewan konstitusi, satu untuk Pakistan dan satu untuk India. Pada tanggal 14 Agustus 1947 dewan konstitusi Pakistan dibuka dan pada tanggal 15 Agustus 1947 diresmikan, Ali Jinnah diangkat menjadi Gubernur Jendral atau Pemimpin besar bagi rakyat Pakistan, dan pada hari itulah Pakistan lahir sebagai sebuah Negara umat Islam yang merdeka baik dari inggris ataupun India.

Tahun 1947, LMI memporeleh suara yang signifikan. Dengan gagasannya dihadapan pemerintah Inggris dan Partai Konggres yaitu membentuk pemerintahan sementara dan memboikot rencana sidang Dewan Konstitusi.

Secara singkatnya dalam karier intelektual Mohammad Ali Jinnah adalah :

  1.  Sebagai pengacara di London selama 2 tahun
  2. Tahun 1897 (usia 2 tahun) sebagai pengacara di Bombay
  3. Berkenalan dengan Jaksa Agung, Mac Pherson, banyak menimba ilmu (perpustakaan pribadi)
  4. Tahun 1906 terjun ke dunia politik, dan membidani berdirinya Partai Liga Muslimin India, dengan Tujuan : a.       melindungi dan meningkatkan hak-hak politik serta kepentingan umat Islam yang ada di India.b.      mencegah pemaksaan dan tekanan dari komunitas lain
  5.  Tahun 1913 terpilih sebagai Presiden Liga Muslim India. Dalam perjuangannya melakukan kerja sama dengan Partai Konggres yang menghasilkan Perjanjian Lucknow tahun 1916. Hasilnya : Umat Islam diberi daerah pemilihan terpisah yang dicantumkan dalam undang-undang dasar di India.
  6. Tahun 1917 mengokohkan kerja sama umat Islam dan Hindu.
  7. Tahun 1930-1932 ke London, diadakan KMB tentang perubahan ketatanegaraan dalam proses menuju kemerdekaan India. Dia merasa kecewa dengan umat Hindu karena memaksakan kehendaknya, dan akhirnya menetap di London.
  8. Tahun 1930, sahabatnya Muhammad Iqbal mencetuskan gagasan negara Islam bagi umat Islam di India
  9. Tahun 1934, kembali ke India atas permintaan Liaquat Ali Khan, dan kembali memimpin Liga Muslim India
  10. Sidang di Lahore, menghasilkan ”Resolusi Lahore” atau ”Resolusi Pakistan” sebagai pelopor : Maulvi Fazlul Haque. Hasilnya : Umat Islam India merupakan suatu bangsa. Umat Islam. Umat Islam harus merupakan tanah air sendiri terpisah dari umat Hindu, dan tidak akan menerima konstitusi yang tidak menjadi menyebabkan tuntutan dasar ini.
  11. Tahun 1937, LMI mengalami kekalahan dalam pemilu dengan Partai Konggres (ketuanya : Jawaharlal Nehru)
  12. Ketika terjadi konflik antara umat Islam dan Hindu semakin memanas di Calcuta dan Binhar, gagasan pendirian negara sendiri semakin menguat.
  13. Pemerintah Inggris mengalami kesulitan, dan menyerahkan kedaulatan pada kedua Dewan Konstitusi :a.       India untuk umat Hindu b.      Pakistan untuk umat Islam
  14. Tanggal 14 Agustus 1947, lahirlah Pakistan sebagai negara
  15. Memimpin Pakistan selama 1 tahun, dan wafat pada tanggal 11 September 1948 dalam usia 72  tahun.[4]

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Mohammad Ali Jinnah terkenal sebagai seorang tokoh Islam yang dinamis, kreatif dan bekerja tak kenal lelah, hal ini terbukti ketika melihat berbagai usaha yang dilakukannya, khususnya dalam bidang politik. Dalam mengusahakan pembentukan Negara Pakistan, hal pertama dilakukan oleh Jinnah adalah melepaskan India dari tangan penjajah. Menurutnya, kemerdekaan India harus diupayakan bersama oleh masyarakat India baik Hindu maupun Muslim.

Pendirian Mohammad Ali Jinnah tersebut tidak menampakkan peluang keberhasilan, sehingga ia mengubah pendiriannya dengan menyatakan bahwa ummat Islam harus mempunyai Negara sendiri, terpisah dari ummat Hindu.

Pada akhirnya terbentuklah Negara Pakistan pada tanggal 15 Agustus 1947 yang dinakhodai oleh Jinnah sebagai Gubernur Jenderal (al-Qaid al-A’dzam) sebelum ia wafat dalam usia 72 tahun (11-9-1948). 

B.     Saran
Menyadari akan keterbatasan penyusun dari segi kolektifitas referensi baik dari segi sistematika penulisan ataupun validitas konten yang tentunya sangat berpengaruh terhadap tingkat keilmiahan makalah ini, maka dengan segala kerendahan hati, penyusun mengharapkan masukan dari setiap pembaca agar kiranya sudi memberikan masukan, baik berupa kritikan ataupun saran yang tentunya membangun untuk penyempurnaan penyusunan makalah selanjutnya.



DAFTAR PUSTAKA

http://ansarzainuddin.blogspot.com/2012/06/ali-jinnah-makalah.html diakses 24-3-2015 pukul 13:15
http://anchatheonefirst.blogspot.com/2012/12/makalah-perkembangan-modern-dunia-islam.html diakses 24-3-2015 pukul 13:16
http://kbbi.web.id/nasionalisme diakses 24-3-2015 pukul 13:12






[1] http://id.wikipedia.org/wiki/Muhammad _Ali_Jinnah
[2] http://biografiteladan.blogspot.com/2011/06/biografi-muhammad-ali-jinnah.html
[3] http://kbbi.web.id/nasionalisme
[4] http://anchatheonefirst.blogspot.com/2012/12/makalah-perkembangan-modern-dunia-islam.html

0 komentar
Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Bagikan ke X Berbagi ke Facebook

Minggu, 15 Maret 2015

berharap kau datang

Diposting oleh Unknown di 08.50 Label: Puisi
biasanya ku menunggu
menanti bayangmu pergi
mungkin tak pernah ada
tak ada lagi ceritanya

kau hanyalah semu
melayang hilang dan pergi
entah kemana kau melangkah
bersembunyi ataukah berlari

cukup sudah ku melawan
menghadang terjang arah kutuju
aku lelah tuk berhenti
berharap kau datang disini

dimana lagi bermimpi
aku tak ingat lagi sunyi
sepi yang kau tinggalkan
sendiri yang kau beri

mungkin saja keliru
seharusnya disini namun tak ada
mestinya kusadari kini
langkahku kan terus menempuh
hingga nanti sampai nanti kembali
0 komentar
Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Bagikan ke X Berbagi ke Facebook

Senin, 02 Maret 2015

“AYAT-AYAT TENTANG METODE PENDIDIKAN YANG TEPAT”

Diposting oleh Unknown di 23.49 Label: Makalah, tafsir tarbawy
BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Islam adalah agama yang sempurna. Kesempurnaan Islam dapat dilihat dari Al Qur’an yang merupakan sumber hukum dan pedoman hidup bagi setiap muslim. Didalam Al Qur’an juga mencangkup ayat-ayat tentang pendidikan atau tarbiyah, baik secara tersirat maupun tersurat. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi Sumber Daya Manusia (SDM) melalui kegiatan pengajaran. Ada dua buah konsep kependidikan yang berkaitan dengan lainnya, yaitu belajar (learning) dan pembelajaran (intruction). Konsep belajar berakar pada pihak peserta didik dan konsep pembelajaran berakar pada pihak pendidik.

Mengajar merupakan istilah kunci yang hampir tak pernah luput dari pembahasan mengenai pendidikan karena keeratan hubungan antara keduanya.
Metodologi mengajar dalam dunia pendidikan perlu dimiliki oleh pendidik, karena keberhasilan Proses Belajar Mengajar (PBM) bergantung pada cara/mengajar gurunya. Jika cara mengajar gurunya enak menurut siswa, maka siswa akan tekun, rajin, antusias menerima pelajaran yang diberikan, sehingga diharapkan akan terjadi perubahan dan tingkah laku pada siswa baik tutur katanya, sopan santunnya, motorik dan gaya hidupnya.

B.     TUJUAN
1.      Membahas serta mengkaji mengenai ayat-ayat Al-Qur’an yang berhubungan dengan Metode pengajaran, yaitu Surat Al-Maidah ayat 67, Al-Nahl ayat 125, Al-A’raaf ayat 176-177,dan Ibrahim ayat 24-25.
2.      Mengetahui Asbabun Nuzul dan tafsir dari ayat-ayat tersebut.
3.      Menjelaskan nilai-nilai tarbawy yang terkandung dalam ayat-ayat yang dibahas tersebut.

BAB II
PEMBAHASAN

A.    TEKS AL QURAN DAN TERJEMAHANNYA
a.       QS. Al-Maidah/5: 67
يَا أَيُّهَا الرَّسُولُ بَلِّغْ مَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ ۖ وَإِنْ لَمْ تَفْعَلْ فَمَا بَلَّغْتَ رِسَالَتَهُ ۚ وَاللَّهُ يَعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ
“Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir”. (QS: Al-Maidah Ayat: 67)

b.      QS. Al-Nahl/16: 125
ادْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ ۖ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ ۚ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ ۖ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”. (QS: An-Nahl Ayat: 125)

c.       QS. Al-A’raf/7: 176-177
وَلَوْ شِئْنَا لَرَفَعْنَاهُ بِهَا وَلَٰكِنَّهُ أَخْلَدَ إِلَى الْأَرْضِ وَاتَّبَعَ هَوَاهُ ۚ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ الْكَلْبِ إِنْ تَحْمِلْ عَلَيْهِ يَلْهَثْ أَوْ تَتْرُكْهُ يَلْهَثْ ۚ ذَٰلِكَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا ۚ فَاقْصُصِ الْقَصَصَ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ
“Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir.” (QS: Al-A'raf Ayat: 176)
سَاءَ مَثَلًا الْقَوْمُ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا وَأَنْفُسَهُمْ كَانُوا يَظْلِمُونَ
Amat buruklah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan kepada diri mereka sendirilah mereka berbuat zalim. (QS: Al-A'raf Ayat: 177).

d.      QS. Ibrahim/14: 24-25
أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِي السَّمَاءِ
“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit,” (QS: Ibrahim Ayat: 24)

تُؤْتِي أُكُلَهَا كُلَّ حِينٍ بِإِذْنِ رَبِّهَا ۗ وَيَضْرِبُ اللَّهُ الْأَمْثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ
“Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat.” (QS: Ibrahim Ayat: 25)

B.     ASBABUN NUZUL
1.      QS. Al-Maidah/5: 67
Abu Hurairah (RA) menuturkan bahawa ketika Rasulullah SAW beserta para sahabatnya tiba di sebuah desa, mereka (para sahabat) melihat sebatang pohon besar untuk berteduh, dan mereka menyarankan kepada Nabi SAW untuk berteduh di bawahnya untuk sesaat. Nabi SAW pun mengiyakan saran para sahabatnya, dan tidur di bawahnya, sedang para sahabat tidur di tempat lain. Saat Nabi SAW sedang tertidur kerana istirahat, tiba-tiba datang seorang badui dengan menghunus pedang dan membangunkan Nabi SAW sambil berkata, "Wahai Muhammad, sekarang katakan padaku, siapa yang dapat menyelamatkanmu dariku?" Beliau menjawab, "Allah." Maka turunlah ayat di atas. (Hadis hasan, riwayat Ibnu Hibban).

2.      QS. Al-Nahl/16: 125
Para mufasir berbeda pendapat seputar sabab an-nuzul (latar belakang turunnya) ayat ini. Al-Wahidi menerangkan bahwa ayat ini turun setelah Rasulullah SAW. menyaksikan jenazah 70 sahabat yang syahid dalam Perang Uhud, termasuk Hamzah, paman Rasulullah. Al-Qurthubi menyatakan bahwa ayat ini turun di Makkah ketika adanya perintah kepada Rasulullah SAW, untuk melakukan gencatan senjata (muhadanah) dengan pihak Quraisy. Akan tetapi, Ibn Katsir tidak menjelaskan adanya riwayat yang menjadi sebab turunnya  ayat tersebut.

3.      Q.S. Al - A’raaf [7] : 176 – 177
Terdapat riwayat yang mengatakan bahwa dia adalah seorang laki-laki dari bani Israel yang bernama Bal’am bin Ba’ura’. Riwayat lain mengatakan bahwa orang itu adalah seorang laki-laki dari Palestina yang dictator. Riwayat lain juga mengatakan bahwa dia adalah orang Arab yang bernama Umayyah bin Shalt. Adapula riwayat yang mengatakan bahwa dia adalah seseorang yang hidup sezaman dengan masa Rasulullah, yang bernama Amir al-Fasik. Dan, ada pula riwayat yang mengatakan bahwa orang tersebut semasa dengan Nabi Musa a.s.  Ada lagi riwayat yang mengatakan bahwa dia hidup sepeninggal Nabi Musa a.s , yaitu sezaman dengan Yusya’ bin Nun yang memerangi para dictator bani Israel sesudah mereka kebingungan dan terkatung-katung di padang pasir selama empat puluh tahun. Yakni, sesudah bani Israel tidak mau memenuhi perintah Allah untuk memasukinya dan berkata kepada Nabi Musa a.s.,”Maka pergilah engkau bersama Tuhanmu, lalu perangilah mereka, sedang kami menunggu di sini.”

Diriwayatkan juga di dalam menafsirkan ayat-ayat yang diberikan kepadanya bahwa ayat-ayat itu adalah nama Allah yang teragung. Orang itu berdo’a dengan menyebutnya, lalu dikabulkan do’anya. Sebagaimana juga ada riwayat yang mengatakan bahwa ayat – ayat itu adalah kitab suci yang diturunkan, sedang dia adalah seorang Nabi. Setelah itu, terdapat keterangan yang berbeda-beda mengenai perincian cerita tersebut.

4.      Q.S. Ibrahim [14] : 24-25
Berdasar satu riwayat yang menyatakan (‘Abdullah) putra ‘ Umar ra. Berkata bahwa suatu ketika kami berada di sekeliling Rasulullah SAW., lalu beliau bersabda :” Beritahulah aku tentang sebuah  pohon yang serupa dengan seorang muslim, memberikan buahnya pada setiap musim! “ Putra ‘Umar berkata: “Terlintas dalam benakku bahwa pohon itu adalah pohon kurma, tetapi aku lihat Abu Bakar dan Umar tidak berbicara, maka aku segan berbicara.”Dan seketika Rasul SAW., tidak  mendengar jawaban dari hadirin, beliau bersabda: “Pohon itu adalah pohon kurma”. Setelah selesai pertemuan dengan Rasul SAW itu, aku berkata kepada (ayahku) ‘Umar: ”Hai Ayahku! Demi Allah telah terlintas dalam benakku bahwa yang dimaksud adalah pohon kurma. “Beliau berkata: “Mengapa engkau tidak menyampaikannya?”Aku menjawab: “Aku tidak melihat seorang pun berbicara, maka aku pun segera berbicara.” ‘Umar ra. Berkata :”Seandainya engkau menyampaikannya maka sungguh itu lebih kusukai dari ini dan itu.”HR.Bukhari, Muslim, at-Tirmidzi dan lain-lain.

C.     TAFSIR
1.      QS. Al-Maidah ayat 67
Kisah ini diceritakan sangat indah oleh Ibnu Katisr dalam menafsirkan Surat Al-Maidah ayat 67 ini. Beliau menguraikan : Pada awalnya Nabi merasa takut untuk menyampaikan risalah kenabian. Namun karena ada dukungan lansung dari Allah maka keberanian itu muncul. Dukungan dari Allah sebagai pihak pemberi wewenang menimbulkan semangat dan etos dakwah nabi dalam menyampaikan risalah. Nabi tidak sendirian, di belakangnya ada semangat “Agung”, ada pemberi motivasi yang sempurna yaitu Allah SWT. Begitu pun dalam proses pembelajaran harus ada keberanian, tidak ragu-ragu dalam menyampaikan materi. Sebab penyampaian materi sebagai pewarisan nilai merupakan amanat agung yang harus diberikan. Bukankah nabi berpesan ; “yang hadir hendaknya menyampaikan kepada yang tidak hadir” .

Sehingga Allah berfirman sebagai penegasan dukungan keselamatan :
وَاللَّهُ يَعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِ = Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia.


2.      QS. Al-Nahl/16: 125
Tafsir Al-Jalaalayn
“Serulah (manusia, wahai Muhammad) ke jalan Rabb-mu (agama-Nya) dengan hikmah (dengan al-Quran) dan nasihat yang baik (nasihat-nasihat atau perkataan yang halus)  dan debatlah mereka dengan debat terbaik (debat yang terbaik seperti menyeru manusia kepada Allah dengan ayat-ayat-Nya dan menyeru manusia kepada hujah).  Sesungguhnya Rabb-mu, Dialah Yang Mahatahu, yakni Mahatahu tentang siapa yang sesat dari jalan-Nya, dan Dia Mahatahu atas orang-orang yang mendapatkan petunjuk. Maka Allah membalas mereka. Hal ini terjadi sebelum ada perintah berperang. Ketika Hamzah  dibunuh (dicincang dan meninggal dunia pada Perang Uhud)” 

3.      QS. Al-Araf 167-168
Kedua ayat ini menguraikan keadaan siapapun yang melepaskan diri dari pengetahuan yang telah dimilikinya. Allah SWT menyatakan bahwa sekiranya Kami menghendaki, pasti Kami menyucikan jiwanya dan meninggikan derajatnya dengannya yakni melalui pengamalannya terhadap ayat-ayat itu, tetapi dia mengekal yakni cenderung menetap terus menerus di dunia menikmati gemerlapnya serta merasa bahagia dan tenang menghadapinya dan menurutkan dengan antusias hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya adalah seperti anjing yang selalu menjulurkan lidahnya.

Kedua ayat diatas juga memberikan perumpamaan orang yang ber pengetahuan, sampai-sampai pengetahuan itu melekat pada dirinya seperti melekatnya kulit pada dagingnya. Namun dia menguliti dirinya dengan melepaskan tuntunan pengetahuannya. Dia diibaratkan seekor anjing yang terengah-engah sambil menjulurkan lidahnya. Biasanya yang terengah-engah adalah yang letih atau kehausan membutuhkan air, tetapi anjing terengah-engah bukan hanya ketika letih ataupun haus, tapi sepanjang hidupnya dia selalu demikian. Sama dengan orang yang memperoleh pengetahuan tetapi terjerumus mengikuti hawa nafsunya. Seharusnya pengetahuan tersebut membentengi dirinya dari perbuatan buruk. 

Dari Ayat tersebut juga bisa jadi tinjauan kita menggunakan metode menakut-nakuti dan memikirkan Nikmat ini telah memfokuskan perhatian mereka terhadap apa yang mereka rasakan berupa nikmat ditempatkannya dimuka bumi, dan dijadikannya bumi itu sebagai tempat tinggal mereka yang dilengkapi berbagai pemenuhan kebutuhan pokok dan kesempurnaan manusia.

4.      QS. Ibrahim
Kedua ayat diatas mengajarkan kepada semua ummat agar membiasakan dari menggunakan ucapan yang baik, yang berfaedah bagi dirinya dan bermanfaat bagi orang lain. Ucapan seseorang menunjukkan watak dan kepribadiannya serta adab dan sopan santunnya. Sebaliknya, setiap muslim harus menjauhi ucapan dan kata-kata yang jorok, yang dapat menimbulkan kemarahan, kebencian, permusuhan dan menyinggung perasaan atau menimbulkan rasa jijik bagi yang mendengarnya.

Demikian pula halnya kata-kata yang baik yang kita ucapkan kepada orang lain, misalnya dalam memberikan Ilmu pengetahuan yang berguna, manfaatnya akan didapat oleh orang banyak. Dan setiap orang yang memperoleh Ilmu dari seorang guru haruslah bersyukur kepada Allah karena pada hakikatnya ilmu yang telah diperolehnya melalui karunia dan rahmat Allah SWT. 

D.    NUANSA PENDIDIKAN/ NILAI TARBIYAH
1.      Surat Al-Maidah ayat 67
Nilai tarbawy yang dapat diambil dari ayat tersebut di atas, yaitu bahwa metode tabligh adalah suatu metode yang dapat diperkenalkan dalam dunia paendidikan modern. Yaitu suatu metode pendidikan dimana guru tidak sekadar menyampaikan pengajaran kepada murid, akan tetapi dalam metode itu terkandung beberapa persyaratan guna terciptanya efektivitas proses belajar mengajar. Beberapa persyaratan yang dimaksud adalah :
a)      Aspek kepribadian guru yang selalu menampilkan sosok uswah hasanah, suri tauladan yang baik bagi murid-muridnya.
b)      Aspek kemampuan intelektual yang memadai.
c)      Aspek penguasaan metodologis yang cukup sehingga mampu meraba dan membaca kejiwaan dan kebutuhan murid-muridnya.
d)     Aspek spiritualitas dalam arti pengamal ajaran Islam yang istiqomah.
Apabila keempat persyaratan di atas dipenuhi oleh seorang guru, maka materi yang disampaikan kepada murid akan merupakan qoulan baligha, yaitu ucapan yang komunikatif dan efektif.

2.      Surat An-Nahl ayat 125
Nilai tarbawiyah yang dapat diambil dari ayat tersebut di atas menyangkut metode atau cara melakukan dakwah. Ayat tersebut juga mengisyaratkan adanya tiga tipologi manusia dalam kaitannya dengan penyikapan terhadap dakwah dan pendidikan, yaitu :
a.       Mereka yang dengan segala kemampuan nalar dan nuraninya selalu berusaha menemukan kebenaran sejati, untuk mengajak dan mendidik manusia dalam tipe ini cukup dengan metode al-hikmah.
b.      Mereka yang dengan keluguannya atau karena keterbatasan kemampuan berfikirnya selalu menerima  taqlid dalam menerima kebenaran. Untuk mengajak dan mendidik mereka ke jalan Allah swt lebih efektif dengan metode al-mau’idhat al-hasanat.
c.       Mereka yang dengan segala kecongkakannya selalu berusaha menetang kebenaran. Bagi manusia dalam kelompok ini cara berdakwah dan memberikan pendidikannya harus dengan cara jadal (adu argumentasi) tetapi dengan cara-cara lunak dan santun.

Ketiga tipologi tersebut akan ditemukan juga dari siswa oleh setiap guru di sekolah. Ada anak yang kritis, yang baru akan menerima dan mengakui sesuatu yang disampaikan guru kalau ia sudah betul-betul memahaminya. Ada juga anak-anak yang selalu menerima apa yang disampaikan gurunya tanpa mau banyak bertanya ini dan itu. Bahkan ada anak-anak yang selalu membangkang terhadap gurunya. Untuk itu menghadapi ketiga tipologi anak tersebut seoran guru harus pandai memilih metode pendidikan yang tepat.

3.      Surat Al-A’raaf ayat 176-177
Nilai tarbawy yang dapat diambil dari ayat tersebut di atas adalah bahwa Al-Qur’an menyuguhkan Islam sebagai manhaj untuk bergerak. Juga untuk memandu perjalanan manusia langkah demi langkah mendaki puncak tertinggi, sesuai dengan program dan ketentuan-ketentuannya. Di tengah gerak riilnya, Islam membentuk system kehidupan bagi manusia, membangun prinsip-prinsip syariatnya, dan kaidah-kaidah ekonomi, social, dan politik mereka. Kemudian dengan akalnya yang berpedoman pada Islam, manusia menciptakan aturan-aturan hukum fikih, ilmu kealaman, ilmu  jiwa, dan semua kebutuhan hidup praktis mereka yang riil. Mereka menciptakannya, sedang di dalam jiwanya terdapat kehangatan dan motivasi akidah, keseriusan melaksanakan syariat dan merealisasikannya, dan kebutuhan-kebutuhan hidup riil dengan arahan – arahannya.

Inilah manhaj Al-Qur’an di dalam membentuk jiwa muslim dan kehidupan islami. Adapun kajian teoritis yang semata-mata hanya kajian, maka yang demikian inilah ilmu yang tidak dapat melindungi pemiliknya dari kecenderungan kepada kehidupan dunia, dorongan hawa nafsu, dan godaan setan. Ilmu bukan semata-mata pengetahuan. Tetapi, semestinya ia dapat menciptakan akidah yang hangat, bersemangat, dan bergerak untuk mengimplementasikan petunjuknya di dalam hati dan di dalam alam kehidupan.

4.      Surat Ibrahim ayat 24-25
Nilai tarbawy yang dapat diambil dari ayat tersebut di atas adalah bahwa perumpamaan adalah salah satu metode yang dapat diterapkan dalam proses pendidikan dan pengajaran. Melalui ungkapan-ungkapan pemisalan, anak didik akan mudah memahami materi pelajaran dan akan lebih termotivasi untuk melakukan karya-karya nyata dan positif. Gambaran perumpamaan pada ayat di atas tentang pohon bagus yang akarnya kokoh menancap ke dasar bumi dan cabangnya menjulang ke angkasa untuk sebuah kalimah thayyibah, bertujuan agar obyek yang diajak bicara lebih mudah memahami pentingnya memiliki prinsip tauhid yang kuat dalam menempuh perjalanan kehidupan di dunia ini.

BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
1.      Surat Al-Maidah ayat 67 :
Dalam ayat di atas menjelaskan bahwa kita selaku umat nabi Muhammad S.A.W harus meniru dan mensuri tauladani akhlak nabi Muhammad s.a.w, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam kehidupan bermasyarakat. Bagi keluarga dan orang tua hendaklah mendidik anaknya dengan cara meniru akhlak rosululloh sehingga terciptalah norma-norma islam dan kepribadian dalam diri anak tersebut. Dalam ayat ini menggunakan metode suri tauladan dalam ruang lingkup pendidikan.

2.      Surat Al-A’raf ayat 176-177
Dalam ayat tersebut diterangkan bahwa bagi orang-orang yang mengamalkan ayat-ayat Allah akan di tinggikan derajatnya, dan apabila bagi orang-orang yang tidak mengamalkan ayat-ayat Allah karena cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa narfsunya. maka Allah tidak akan memberikan hidayah baginya. Orang yang seperti itu diumpamakan seperti seekor anjing apabila dihalau ia mengululurkan lidahnya dan apablia dibiarkan ia mengulurkan lidahnya pula. Begitu hinanya orang yang tidak mengamalkan ayat-ayat Allah sehingga Allah akan memberikan peringatan kepada orang yang demikian itu. Dalam ayat ini menggunakan metode cerita dalam ruang lingkup pendidikan.

3.      Surat Ibrahim ayat 24-25
Ayat tersebut di atas memberikan gambaran kepada kita untuk merenungi dan mentafakuri ciptaan Allah agar dapat diambil hikmah dan pelajarannya. Seperti ayat-ayat Allah yang memiliki kandungan-kandungan makna yang tersirat. Dan metode pengajaran dalam ayat ini adalah kontemplasi.

4.      Surat An-Nahl ayat 125
Dalam ayat di atas terdapat beberapa metode pengajaran, yaitu :
a.       Metode hikmah (pelajaran).
b.      Metode nasihat yang baik
c.       Metode bantahan yang baik dan perkataan yang lemah lembut


DAFTAR PUSTAKA

Quraish Shihab,M. 2006. Tafsir Al-Misbah. Lentera Hati: Jakarta
http://stitattaqwa.blogspot.com/2011/08/metode-pendidikan-dalam-kajian-tafsir.html diakses tgl 1-3-2015 pukul 8:26
https://alfanarku.wordpress.com/2012/06/12/benarkah-al-maidah67-diturunkan-sebagai-dalil-penunjukkan-ali-radhiyallahu-anhu/ diakses tgl 28-02-2015 pukul 23:37
http://roeslihamzah.blogspot.com/2012/07/metode-pengajaran-dalam-al-quran.html diakses tgl 1-3-2015 pukul 15:00
http://zhachiicweety.blogspot.com/2012/11/makalah-tafsir-surah-al-maidah-ayat-67.html diakses tagl 28-02-2015 pukul 17:25
http://czifa24.blogspot.com/2012/12/tafsir-tarbawy-metode-pendidikan.html diakses tgl 28-02-2015 pukul 17:36
http://tokwae.blogspot.com/2013/01/asbabun-nuzul-ayat-67-surah-al-maidah.html diakses tgl 1-3-2015 pukul 9:04


0 komentar
Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Bagikan ke X Berbagi ke Facebook
Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda
Langganan: Postingan (Atom)

Sponsored

  • banners
  • banners
  • banners
  • banners

Labels

  • Artikel Makalah (9)
  • Filsafat Pendidikan Islam (1)
  • hadist tarbawy (1)
  • Komputer (1)
  • Makalah (13)
  • manajemen pendidikan (1)
  • Pengembangan & Inovasi Kurikulum (1)
  • Perbandingan Mazhab (1)
  • Perencanaan Pembelajaran PAI (1)
  • Picture (1)
  • PPMDI (1)
  • Psikologi Pembelajaran & Perkembangan (1)
  • Puisi (7)
  • tafsir tarbawy (2)
  • Teknologi Pendidikan (1)
  • Tips & Trik (1)
  • Ushul Fiqh (1)
  • Video (2)

Blog Archive

  • ►  2018 (1)
    • ►  November (1)
  • ►  2016 (1)
    • ►  Juli (1)
  • ▼  2015 (21)
    • ►  Mei (4)
    • ▼  Maret (3)
      • MOHAMMAD ALI JINNAH DAN NASIONALISME
      • berharap kau datang
      • “AYAT-AYAT TENTANG METODE PENDIDIKAN YANG TEPAT”
    • ►  Februari (14)
  • ►  2014 (2)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2013 (9)
    • ►  April (1)
    • ►  Januari (8)
  • ►  2012 (2)
    • ►  Desember (2)

Followers

Pages

  • Beranda
  • Tugas-tugasku
  • News
  • Laguku
Wawan Firmana. Diberdayakan oleh Blogger.

Popular Posts

  • Kandungan QS. Ar Rahman Ayat 33 tentang Pendidikan (Teknologi)
    BAB I PENDAHULUAN Latar belakang Memperhatikan ralita keterpurukan  kaum muslimin dewasa ini, kami mencoba mengupas ayat ilmu pe...
  • Domain Teknologi Pendidikan
    1. Pengertian Domain atau kawasan teknologi pendidikan Secara etimologis, domain berarti kawasan, wilayah/daerah kekuasaan atau bidang k...
  • MADZHAB SHAHABI, SYAR’U MAN QABLANA, & SADD AL-ZARI’AH
    BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Berdasarkan telah ditetapkan bahwa dalil syar’i yang dijadikan dasar pengambilan hukum yang b...
  • Analisis Kritis Masalah Tawuran Pelajar di Tinjau Dari Filsafat
    oleh : Wawan Firmana BAB I PENDAHULUAN A.    LATAR BELAKANG Tawuran pelajar. Kata-kata ini sudah ada sejak dulu kala hingga ki...
  • “AYAT-AYAT TENTANG METODE PENDIDIKAN YANG TEPAT”
    BAB I PENDAHULUAN A.     LATAR BELAKANG Islam adalah agama yang sempurna. Kesempurnaan Islam dapat dilihat dari Al Qur’an yang meru...
  • Fiqh Wudhu dan Sholat
    A.    Latar Belakang Shalat adalah amalan yang pertama akan dihisab pada hari kiamat. Apabila baik shalatnya, maka dianggaplah baik ke...
  • PENGEMBANGAN ALAT EVALUASI
    BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kalau kita perhatikan kenyataan dalam dunia pendidikan akan kita ketahui, bahwa dalam setiap jeni...
  • Sejarah Peradaban Islam Pada Masa Dinasti Mamluk
    Oleh: Wawan Firmana BAB I PENDAHULUAN A.    Latar Belakang Dalam sejarah peradaban Islam setelah masa pemerintahan khulafour-rasi...
  • MANUSIA DAN KEBUTUHAN DOKTRIN AGAMA*
    BAB 1 PENDAHULUAN A.Latar Belakang Manusia sebagai makhluk paling sempurna di antara makhluk-makhluk lain mampu mewujudkan segal...
  • STRATEGI PEMBELAJARAN QUANTUM LEARNING, PROBLEM BASED LEARNING & BERORIENTASI AKTIVITAS SISWA
    BAB I PENDAHULUAN A.     LATAR BELAKANG Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003 dijelaskan bahwa: “Pendidik...

leader of achievement

Unknown
Lihat profil lengkapku

Labels

  • Artikel Makalah (9)
  • Filsafat Pendidikan Islam (1)
  • hadist tarbawy (1)
  • Komputer (1)
  • Makalah (13)
  • manajemen pendidikan (1)
  • Pengembangan & Inovasi Kurikulum (1)
  • Perbandingan Mazhab (1)
  • Perencanaan Pembelajaran PAI (1)
  • Picture (1)
  • PPMDI (1)
  • Psikologi Pembelajaran & Perkembangan (1)
  • Puisi (7)
  • tafsir tarbawy (2)
  • Teknologi Pendidikan (1)
  • Tips & Trik (1)
  • Ushul Fiqh (1)
  • Video (2)

About

SEBUAH BLOG UNTUK BERKARYA DAN BERKREASI SERTA BERBAGI. PENYUSUN, PENYUNTING, PENULIS ADALAH SEORANG MAHASISWA SEMESTER VI FAKULTAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM STAI BINAMADANI.

Arsip Blog

  • ►  2018 (1)
    • ►  November (1)
  • ►  2016 (1)
    • ►  Juli (1)
  • ▼  2015 (21)
    • ►  Mei (4)
    • ▼  Maret (3)
      • MOHAMMAD ALI JINNAH DAN NASIONALISME
      • berharap kau datang
      • “AYAT-AYAT TENTANG METODE PENDIDIKAN YANG TEPAT”
    • ►  Februari (14)
  • ►  2014 (2)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2013 (9)
    • ►  April (1)
    • ►  Januari (8)
  • ►  2012 (2)
    • ►  Desember (2)

Yahoo.com

www.yahoo.com

Blogroll

STAI BINAMADANI

KAMPUS PEDULI UMAT

PATANG MENYERAH

TERUS BERUSAHA
 

© 2010 My Web Blog
designed by DT Website Templates | Bloggerized by Agus Ramadhani | Zoomtemplate.com